f ' Inspirasi Pendidikan

Inspirasi Pendidikan untuk Indonesia

Pendidikan bukan cuma pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar. Tapi, juga soal memperluas pengetahuan dan menyerap ilmu kehidupan.

Bersama Bergerak dan Menggerakkan pendidikan

Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki (Bung Hatta)

Berbagi informasi dan Inspirasi

Tinggikan dirimu, tapi tetapkan rendahkan hatimu. Karena rendah diri hanya dimiliki orang yang tidak percaya diri.

Mari berbagi informasi dan Inspirasi

Hanya orang yang tepat yang bisa menilai seberapa tepat kamu berada di suatu tempat.

Mari Berbagi informasi dan menginspirasi untuk negeri

Puncak tertinggi dari segala usaha yang dilakukan adalah kepasrahan.

Senin, 31 Maret 2025

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam Inspirasi!

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia nikmat yang diberikan, sehingga sampai hari ini inspirasipendidikan.com masih dapat menyapa pembacanya. Menyambut Hari Raya Idul Fitri 1446 H yang bertepatan dengan  31 Maret 2025, Redaksi mengucapkan selamat merayakan idul fitri, mohon maaf lahir dan batin.

Setelah satu bulan lamanya menjalankan ibadah puasa, tibalah hari kemenangan idul fitri. Seluruh umat islam berbondong bondong untuk menjalankan sholat Iedul fitri di Masjid maupun di Lapangan. Setelah itu saling kunjung atau bersilaturahmi dengan keluarga dan tetangga seraya minta maaf satu sama lainnya.Alangkah indah hidup jika setiap langkah ke depannya dimulai tanpa beban kesalahan, saling menjaga hati untuk tidak menyakiti, dan melupakan semua kesalahan / khilaf baik yang dilakukan secara sengaja mauun tidak sengaja. 

Kami mengundang kepada pembaca mengirimkan artikelnya yang terkait kependidikan untuk dipublikasikan di inspirasipendidikan.com sehingga bisa menginspirasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat luas. 

Terima kasih atas support dan dukungan terhadap website inspirasipendidikan.com. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh






Jumat, 28 Maret 2025

KISAH TELADAN DARI UMAR BIN KHATTAB

 Oleh: Shamita Maulida El Queena H.

Shamita: Penulis*

Assalamu’alaikum wr wb.

Hai..teman-teman semua? Apa kabar? Pasti semua sehat-sehat aja kan? Eh.. eh.. kenalan dulu ya.. namaku Shamita Maulida El Queena, Panggilanku Shamita. Saat ini, aku masih kelas 4 SDIT Qurrota A’yun Ponorogo. 

Oiya, teman-teman. kali ini aku akan bercerita tentang sahabat Nabi, yaitu Umar Bin Khattab. Ada yang sudah pernah mendengar nama beliau itu? Kisah hidup beliau penuh dengan teladan yang dapat menginspirasi umat Islam di seluruh dunia. Hayo.. penasaran kan? Begini Ceritanya…

Umar bin Khattab, adalah khalifah kedua dalam Islam setelah Rasul wafat. Baginya menjadi seorang kepala negara bukan sebuah kebanggaan yang membuatnya merasa lebih istimewa dibanding rakyat biasa, tapi ada amanah besar yang harus dilaksanakan. Salah satu langkah yang Umar lakukan untuk menegakkan keadilan adalah memastikan keadaan rakyatnya baik-baik saja di tengah paceklik yang melanda pada masa pemerintahannya. Umar sering berpatroli dari satu rumah penduduk ke rumah lainnya. Hingga suatu malam…beliau bersama Zaid bin Aslam menemukan sebuah rumah yang didalamnya terdapat seorang ibu bersama tiga anak kecil yang semuanya sedang menangis. Diam-diam Umar bin Khattab bersama Zaid bin Aslam mendekati rumah dan mengintipnya. Ternyata… ibu tadi sedang memasak sesuatu sambil berdoa.

“Ya, Alloh, berilah balasan terhadap Umar. Ia telah berbuat dzolim. Kami rakyatnya kelaparan, sedangkan dia hidup serba berkecukupan.”

Umar seketika kaget mendengarnya,dan memutuskan untuk masuk ke dalam rumah tersebut.

“assalamu’alaikum.., boleh kami masuk bu?” kata Umar bin Khattab

“wa’alaikumsalam.. silahkan masuk. Siapa kalian” Jawab wanita itu.

 “Kami datang dari jauh bu. Mengapa anak-anak ibu menangis semua? Tanya Umar.

.”Aku dan anak-anakku kelaparan. Aku tidak punya apa-apa dan tidak bisa berbuat apa-apa,” terang wanita itu dengan nada sendu.

“Lalu, apa yang kau masak di panci ini?”

“Itu hanya air mendidih. Agar anak-anak mengira aku sedang memasak makanan. Dengan begitu mereka akan terhibur.”

Mendengar semua itu, Umar sangat malu, sedih, dan tentu merasa sangat berdosa. Ia pun berpamit untuk pergi dan menuju baitul mal. Ia mengambil sekarung sembako dan memanggulnya sendiri menuju kediaman wanita tadi.

“Wahai Amirul Mu’minin, turunkan bawaanmu, biar aku saja yang memikulnya,” pinta Zaid.

“Jangan, biar aku saja yang membawanya. Anggap saja aku sedang memikul dosa-dosaku, semoga ini menjadi penghalang dikabulkannya doa wanita itu tadi,” tegas Umar. Sambil memikul sekarung sembako yang begitu berat menuju rumah wanita tadi. Ia merasa berdosa.

Sesampainya di rumah wanita, Umar memberikan semua sembako itu.

“Semoga Allah memberimu balasan terbaik,” kata si wanita.

Tidak hanya sampai di situ. Umar pun ikut memasakkan untuk mereka. Setelah makanan siap, Umar mempersilakan mereka untuk menikmatinya.

 “Silakan, sekarang kalian semua bisa makan,” kata Umar, senyumnya melebar melihat wajah-wajah mereka yang tidak lagi murung.

“Ibu, mulai sekarang tidak perlu lagi mendoakan keburukan untuk Umar, ya. Mungkin dia belum mendengar kabar ada kalian kelaparan di sini,” kata Umar dengan lembut.

Wanita dan ketiga anaknya tadipun menganggukkan kepala, mereka tidak tahu bahwa yang ada di depannya adalah Khalifah Umar bin Khattab.

Nah.. teman-teman semua, begitulah ceritanya. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Umar bin Khattab. Sehingga kelak apabila kita menjadi seorang pemimpin dapat adil, bijaksana dan bertanggung jawab untuk mensejahterakan rakyatnya.

Demikianlah yang dapat saya kisahkan, semoga bermanfaat. Sampai ketemu dalam kisah-kisah teladan lainnya.

Burung irian, burung cenderawasih. Cukup sekian, terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr wb.

-------
Penulis adalah siswi kelas IV SDIT Qurrota A'yun Ponorogo

ENGLISH SPEECH: Z GENERATION AND THEIR ROLES IN THE DIGITAL ERA

Shakayla: Writer*

Hi friends, I'm going to share my English Speech Text. I use the text to join with an English Speech Competition, and fortunately I win the speech competition. you may use this text but you should practice it consistently, pay attention to your pronunciation, intonation and expression. remember practice will make you more confident. 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Honourable all the teachers,
Dear friends and all the students of our pride school. Thank you for the opportunity to speak with you and thank you for coming today. It’s an honor to speak with you today about a generation that is transforming our society. Yes.. it’s about Z generation and their roles in the digital era. The digital era we live in today has fundamentally reshaped how we communicate, work, learn, and even think. At the heart of this digital revolution is Gen Z, a generation that not only grew up with technology but has also helped propel it to new heights.

Ladies and gentlement,

Gen Z, born between 1997 and 2012, is often called the "digital native" generation. Unlike previous generations, who had to adapt to the rapid advancement of technology, Gen Z has known it from the moment they were born. Social media, smartphones, and instant connectivity have shaped the way they see the world. We can say the internet isn’t just a tool; it’s a way of life. Platforms like TikTok, Instagram, and YouTube have become the new cultural stages. Through these platforms, Gen Z doesn’t just consume content—they create it, influence it, and redefine it.

Then, what are the roles of Gen Z? What can they do? Let me explain one by one.

First, Gen Z redefines to interact with each other. They’ve made digital conversations shorter, more visual, and more expressive. Emojis, memes, gifs, and short videos have become as powerful as words.

Second, Gen Z plays significant role in the digital era, as a force for social change. They are using digital platforms to raise awareness, organize movements, and demand action.

Third, Gen Z is accustomed to learning independently through online resources like YouTube tutorials, online courses, and educational apps. They are not limited to traditional forms of education but are keen on acquiring skills and knowledge from a variety of sources. in this case, teachers only can be facilitators.

Ladies and gentlemen, I know there are a lot of opportunities that can be taken by Gen Z. It is clear that Gen Z will continue to play a pivotal role in shaping the digital landscape. Their digital literacy, and creativity will drive innovation, foster collaboration, and create a more inclusive and equitable digital world.

At the last of my speech today, it can be concluded that Gen Z is not just a generation; they are a force to be reckoned with. Their unique relationship with technology has empowered them to become agents of change, reshaping the way we live, work, and interact. let us recognize the immense potential of Gen Z and empower them to shape a brighter future for all.

Thank you, Wassalamu’alaikum wr wb.

------
The writer is an ICP student of MTs N 2 Ponorogo

Kamis, 20 Maret 2025

KABAR GEMBIRA DARI PEMERINTAH UNTUK CASN DAN PPPK TAHUN 2024

 

inspirasipendidikan.com_ Gonjang ganjing tentang penyesuaian jadwa CASN dan PPPK tahun anggaran 2024 nampaknya menemui klimaksnya setelah dilaksanakan konferensi Pers antara Menteri Sekertaris Negara, Prasetyo Hadi dan Kemenpan RB, RIni Widhiastuti di Kantor kementerian PANRB di Jakarta pada hari senin, 17 Maret 2025. Sebelumnya polemik penyesuaian jadwal atau yang biasa disebut penundaan pengangkatan ini terjadi bagi para CASN dan PPPK yang sudah dinyatakan lulus. Setelah Rapat Dengar Pendapat dengan DPR RI disimpulkan akan dilaksanakan percepatan. Tetapi sehari setelah itu Menpan RB justru mengeluarkan surat untuk penundaan pengangkatan CASN/PPPK. Bagi CASN akan diangkat di Bulan Oktober 2025, sedangkan PPPK dilakukan serentak pada tanggal 01 Maret 2026. Hal inilah yang memicu gelombang protes baik di media sosial maupun demonstrasi besar-besaran di seluruh penjuru Indonesia. Termasuk demonstrasi yang diikuti ribuan CASN dan PPPK di Jakarta, tepatnya di depan kantor Kementrian PANRB. Para CASN dan PPPK menuntut untuk dilakukan pengangkatan sesuai jadwal yang ada sebelumnya, bukan diundur.
Keriuhan di media sosial menjadikan trending topic selama lebih dari satu minggu, dan demonstrasi yang dilakukan para CASN dan PPPK itu akhirnya terdengar juga sampai ke telinga Presiden Prabowo Subianto serta Wapres Gibran. Presiden mengeluarkan instruksi mengenai pengangkatan CASN dan PPPK setelah terlebih dahulu mendengarkan pendapat Kementerian terkait. Adapun garis besar dari isi Instruksi presiden tersebut adalah melakukan percepatan pengangkatan CASN paling lambat bulan I Juni 2025, sedangan PPPK diangkat paling lambat Oktober 2025. Merespon instruksi presiden tersebut, Badan Kepegawaian Nasional (BKN) pada tanggal 18 Maret 2025 mengeluarkan surat tentang Penetapan Nomor Induk ASN kebutuhan Tahun Anggaran 2024. Surat dengan nomor 2933/B-MP.01.01/K/SD/2025 tersebut berisi sebagai berikut:
1. Proses pengangkatan CPNS dan PPPK hasil seleksi kebutuhan Tahun Anggaran 2024 yang belum ditetapkan Nomor Induk-nya tetap dilanjutkan sampai diterbitkan keputusan pengangkatan;
2. Proses pengangkatan CPNS:
a. Peserta seleksi CPNS yang dinyatakan lulus dan memenuhi syarat, diangkat menjadi CPNS paling lambat terhitung mulai tanggal (TMT) 1 Juni 2025.
b. Usul penetapan Nomor Induk CPNS paling lambat tanggal 10 Mei 2025.
c. Penetapan TMT pengangkatan CPNS adalah tanggal 1 bulan berikutnya dari usul penetapan Nomor Induk CPNS masuk Badan Kepegawaian Negara (BKN).
d. Dalam hal usul penetapan Nomor Induk masuk BKN sampai dengan akhir Februari 2025 dan belum diterbitkan pertimbangan teknis Nomor Induk-nya, maka TMT pengangkatan CPNS adalah tanggal 1 Maret 2025.
3.  Proses pengangkatan PPPK:
a. Peserta seleksi PPPK yang mengisi alokasi kebutuhan Tahun Anggaran 2024 diangkat menjadi PPPK dan melaksanakan perjanjian kerja paling lambat tanggal 1 Oktober 2025.
b. Usul penetapan Nomor Induk PPPK paling lambat tanggal 10 September 2025.
c. Penetapan TMT pengangkatan PPPK adalah tanggal 1 bulan berikutnya dari usul penetapan Nomor Induk PPPK masuk BKN.
d. Dalam hal usul penetapan Nomor Induk PPPK masuk BKN sampai dengan akhir Februari 2025 dan belum diterbitkan pertimbangan teknis penetapan Nomor Induk-nya, maka TMT pengangkatan PPPK adalah tanggal 1 Maret 2025.
4. Bagi instansi yang sudah menerima pertimbangan teknis penetapan Nomor Induk CPNS dan/atau PPPK dengan TMT sebagaimana tersebut dalam angka 2 dan 3 tetap dilanjutkan prosesnya sampai dengan pengangkatan dan/atau penandatanganan perjanjian kerja.
5. Surat Kepala BKN Nomor: 2793/B.KS.04.01/SD/K/2025 tanggal 8 Maret 2025 perihal Penyesuaian Jadwal Seleksi Calon ASN Kebutuhan Tahun 2024 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
6. Surat Deputi Bidang Penyelenggaraan Layanan Manajemen ASN Nomor: 1239/B.MP.01.01/SD/D/2025 tanggal 14 Januari 2025 perihal Penetapan NIP ASN T.A. 2024, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan surat ini.
7.   Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi tetap menganggarkan gaji bagi pegawai Non-ASN yang sedang mengikuti proses seleksi hingga diangkat menjadi ASN sebagaimana diatur dalam Surat Menteri PANRB Nomor: B/5993/M.SM.01.00/2024 tanggal 12 Desember 2024.
8. Pejabat Pembina Kepegawaian agar memastikan proses pengangkatan CPNS dan PPPK diaksanakan tepat waktu sesuai ketentuan surat ini.
Demikianlah butir-butir surat terbaru yang dikeluarkan BKN, sehingga diharapkan seluruh CASN dan PPPK untuk tetap bersabar dan meyakini bahwa kebijakan pemerintah tetap akan berjalan sebagaimana mestinya, meskipun terdapat penyesuaian jadwal pengangkatannya. (Hary, 20/3/2025)

Rabu, 12 Maret 2025

Kisah Raja Waskita Leksana dan Patih Garda Jaladara dari Kerajaan Kencana Arum

Oleh: Shakayla Adzkiya El Queena H

inspirasipendidikan.com_ sahabat inspirasi pendidikan, hidup memang memiliki rahasianya sendiri. Beberapa peristiwa yang terjadi tekadang sulit untuk dipahami bahkan seringkali manusia berprasangka negatif terhadap apa yang menimpa. Pada kesempatan ini saya akan menceritakan sebuah kisah inspiratif semoga bermanfaat.

Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan yang rakyatnya hidup sejahtera, gemah ripah loh jinawe, tata tentrem kerta raharja. Tentu saja jika ada kerajaan yang begitu makmur kehidupan rakyatnya pastilah pemimpinnya adalah seorang yang arif bijaksana, amanah menjalankan kepemimpinannya sebagai seorang raja, dan para punggawa kerajaannya juga memiliki nasionalisme, patriotisme dan loyalitas tinggi kepada sang raja. Kerajaan itu bernama Kerajaan Kencana Arum yang dipimpin seorang raja bernama Raja Waskita Leksana. Patihnya yang pandai dan bijak, ahli strategi bidang pemerintahan dan pertahanan keamanan bernama Patih Garda Jaladara. Dua orang Petinggi kerajaan tersebut memiliki pengaruh besar dalam membentuk kerajaan yang makmur, dan wibawa mereka berdua menyebabkan para Menteri, Tumenggung dan Adipati segan, sehingga menjalankan kepemimpinannya dengan baik, tidak pernah melakukan korupsi. Selain itu, kesaktian sang Raja dan Patih yang termashur, menyebabkan kerajaan Kencana Arum disegani oleh kawan maupun lawan.

Raja Waskita Leksana dan Patih Garda Jaladara sejatinya adalah teman sejak kecil, mereka memang terlahir dari kalangan bangsawan di lingkungan keratin. Meskipun demikian, didikan dari orang tua mereka sangat baik, sehingga mereka tidak angkuh, sombong dan tetap mencintai rakyatnya. Mereka memiliki kegemaran yang sama yaitu berburu di saat ada waktu luang. Singkatnya mereka ini ibaratnya dwi tunggal. Dua orang tetapi memiliki banyak kesamaan dalam kegemaran, tata pemerintahan, strategi perang dan olah kanuragan, serta hal-hal lainnya.

Pada suatu hari, Raja Waskita Leksana bertitah,” Patih Garda Jaladara, sudah lama kita tidak pergi berburu di hutan.”

“ Benar baginda, apakah baginda bermaksud berburu di hutan lagi?” jawab sang Patih.

“Ya, saya ingin sekali berburu rusa, kelinci hutan dan hewan hutan lainnya. Pasti menyenangkan. Ya.. sekedar meregangkan otot dan melonggarkan pikiran kita dari beban memikirkan kerajaan ini walaupun hanya beberapa saat.” Kata sang Raja sambil menatap sang patih.

Patih pun menjawab, “Kalau begitu biar hamba persiapkan segala sesuatunya, para pengawal yang bertugas ikut selama berburu dan beberapa perbekalan yang akan kita perlukan nantinya.”

“Baiklah, kita berangkat besuk pagi ya, Patih juga harus ikut berburu. Jangan lupa bawa anak panah dan busur pusaka saya.” Sahut sang raja dengan sorot mata berbinar-binar.

Maka berangkatlah rombongan kerajaan tersebut. Sesampainya di dekat hutan mereka membagi kelompok tujuannya untuk mendapatkan hasil buruan yang lebih banyak. Sang Raja bersama 4 orang prajurit pengawal dan sang Patih. Kelompom prajurit lainnya menyebar ke sisi hutan lainnya. Seekor menjangan bertanduk menyelinap di antara rerimbunan pepohonan, hal itu menarik perhatian sang raja. Maka segera dia menarik brosurnya dan melesatkan anak panah ke arahnya. Tapi sayangnya meleset. Raja kemudian marah dan menyerukan para prajurit untuk mengejarnya. Tinggalah Raja dengan patihnya yang menunggu di tengah hutan terebut.

Patih membuka pembicaraan, “Baginda raja apakah engkau tidak akan memarahi para prajurit jika mereka gagal mendapatkan menjangan tersebut?”

“Tentu saja tidak, yang penting mereka sudah berusaha, nanti saya sendiri yang akan mendapatkan hewan buruan itu, bahkan binatang buas sekalipun seperti harimau bisa saya dapatkan.” Kata sang Raja sedikit jumawa.

Patih hanya mengangguk tersenyum,” Benar Baginda, tetapi ini adalah hutan lebat yang jarang disinggahi manusia, maka kita tetap harus hati-hati.”

“Santai saja, tidak usah khawatir Patih, bukankan kita sudah sering berburu di hutan ini.” tegasnya.

“oiya, patih bagaimana kalau ternyata sampai seharian ternyata kita tidak mendapatkan buruan?” tanya Raja mulai bimbang.

“Berarti itu kehendak Tuhan, dan pasti kehendak Tuhan adalah yang terbaik, Karena Tuhan begitu menyayangi hamba-Nya.” Jawab Patih penuh kebijaksanaan.

“Haah .. sudahlah, ayo kita lanjutkan lebih masuk ke dalam hutan.” Ajak Raja sambil melangkah mendahului Patih.

Tetapi beberapa saat kemudian dari arah depan, terdengar suara auman yang menggetarkan dada bagi siapa saja yang mendengarnya. Seekor hewan berbulu, besar dan kuat dengan kuku-kuku tajam, matanya tajam seolah menyala. Tidak salah lagi, seekor raja hutan, Singa hutan yang berjarak hanya 3 meter dari depan Raja dan Patih. Tiba-tiba menatap tajam dan berancang-ancang untuk melompat menerkam Raja. Sang Raja mengetahui bahaya yang akan menimpanya, maka dia pun bersiap untuk mempertahankan diri dan melawan Singa itu. Meskipun raja memiliki olah bela diri yang baik, tetapi keperkasaan Singa ini memang luar biasa, selain tubuhnya yang besar, tenaganya juga sangat kuat. Raja pun dibuat tersungkur kepalanya tercakar berdarah. Bahkan salah satu jarinya terputus karena kena gigitan taring singa.

Dia berteriak, “Patih.. Patih di mana kamu, ayo cepat bantu aku.. tolong aku..?

Anehnya Patih malah tidak terlihat, maka Raja pun harus berjuang seorang diri, dan ketika lompatan singa itu menerjang dengan kekuatan penuh ke arahnya, Raja sudah pasrah, karena panah dan busur yang dia bawa sudah tidak berarti apa-apa bagi Singa. Dan tepat ketika Singa hendak menerkam kepala Raja. Tiba-tiba sekelebat bayangan dengan cepat bergerak, semburat darah muncrat dari leher singa.

“Achh… Tamat kamu sekarang.” Patih berdiri tepat di depan raja, Tangannya mengenggam kokoh pedang yang menancap di leher Singa besar itu.

“Baginda, tidak apa?” tanya Patih gugup.

Raja mendesah kesakitan, “Kemana saja kamu Patih? ketika aku berduel dengan singa kamu malah menghilang, lihat ini jari kelingkingku hancur, kepala dan punggungku terluka parah!”
“Ampun Baginda, tadi hamba mencari pedang yang tertinggal ditempat kita singgah tadi begitu tahu kalau ada Singa yang mendekat.” Jawabnya merasa bersalah.

“Sudah-sudah, sekarang kumpulkan semua prajurit kita kembali ke Istana. Bakar kayu, keluarkan asap sebagai tanda berkumpul semua prajurit kita.” Perintahnya dengan nada marah dan menahan rasa sakit.

Sesampai di Istana, seluruh tabib istana segera mengobati Raja dengan segenap kemampuannya. Berita tentang Raja yang hampir mati ini pun tersebar dengan cepat. Para penasehat istana kemudian menyalahkan Patih, dan menyampaikan kepada Raja agar memberikan hukuman kepada Patih. Raja yang masih jengkel dan emosi itupun kemudian memanggil patih dan memberikan hukuman berupa penjara kepada Patih. Tetapi sebelum menjebloskan ke dalam penjara dia sempat bertanya kepada Patihnya.

“Patih Garda Jaladara, karena kelalaianmu menyebabkan aku hampir mati diterkam singa, maka sebagai hukuman, kamu akan aku jebloskan ke dalam penjara.” Tegas Raja Wakita Leksana.

“Hamba menerima hukuman ini baginda, hamba yakin Tuhan memiliki rencana yang baik untuk hamba dan untuk baginda sendiri.” Sahut Patih pasrah.

Hari-hari berlalu, bulan berganti bulan. Suasana kerajaan tetap seperti sebelumnya. Raja pun sudah sembuh dan kembali lagi ingin melakukan hobinya berburu lagi di hutan. Maka berangkatlah Raja dengan dikawal beberapa prajurit pilihan. Sampai di tengah hutan, mereka pun berburu hewan-hewan yang ada hingga lupa dan tersesat jauh ke dalam hutan. Bahkan Raja pun tersesat seorang diri terpisah jauh dengan para pengawalnya. Kejadian naas pun terjadi, Raja Waskita Leksana ditangkap oleh suku primitif yang tinggal di dalam hutan itu. Raja diikat dan diserahkan kepada ketua Suku. Raja akan dijadikan tumbal persembahan bagi dewa dan leluhur suku tersebut. Karena dalam kepercayaan suku itu, tumbal seorang pemuda tampan akan mendatangkan keberkahan bagi Suku mereka. Darah yang menetes akan menyuburkan tanahnya. Maka dipilihlah tumbal atau persembahan terbaik. Tetapi tepat sebelum Raja hendak dieksekusi, mata Sang Ketua Suku melihat bahwa kelingking kanan sang Raja tidak ada. Tumbal itupun cacat dan tidak akan diterima oleh dewa dan leluhur suku itu.

Ketua suku segera menginstruksikan rakyatnya untuk pergi dari altar persembahan dan mencari tumbal yang lainnya. Raja pun dibiarkan terikat di altar persembahan dan tidak bisa berkutik sama sekali. Ketika para penduduk suku primitive itu sudah semakin menjauh dan hilang diantara rimbunnya belantara. Barulah para pengawal raja menemukan dan membawanya kembali ke Istana.

Beberapa hari pasca kejadian itu, Raja sering melamun dan merenungi kejadian yang menimpanya. Dia seketika teringat ucapan patih Garda Jaladara, “Tuhan pasti memiliki rencana yang baik untuk hambanya.” Maka diapun meminta prajuritnya untuk menghadapkan patih kepadanya.

“Patih, sekarang aku menyadari, ketika itu aku marah karena kelingkungku hancur digigit singa, dan aku lampiaskan amarahku dengan menghukummu. Tapi aku berikir jika saja kelingkingku masih utuh, maka pasti aku sudah mati menjadi tumbal suku primitif  di hutan itu. Jika Tuhan tidak menghadirkan Singa itu, mungkin tidak aka nada kejadian ini.” Papar sang Raja.

“Hamba mengerti  baginda, itulah kebenaran yang hamba sampaikan.” Jawab sang Patih singkat.

“Tapi, Patih, kalau memang Tuhan itu baik kepada kita. Mengapa Tuhan membiarkan aku menghkummu?” Tanya Raja Waskita Leksana.

“Jika baginda tidak memenjarakanku, pasti baginda akan mengajak untuk berburu agi di hutan. Dan jika hamba yang tertangkap, maka hambalah yang akan menjadi tumbal persembahan suku primitive itu. Untungnya baginda memenjarakan hamba.” Jawab Patih dengan sopan

Kata-kata patih itu menyadarkan Raja, bahwa emosinya sesaat membuatnya tidak jernih menilai jasa patihnya. Tetapi ada yang lebih penting lagi dia menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah kehendak-Nya. Dan asalkan bersabar maka, hikmah kebaikan pastilah ada. Semua sudah direncanakan dengan baik, atas kehendak yang Maha penguasa. Akhirnya Patih pun dibebaskan dan jabatannya sebagai patih dikembalikan lagi.

--- Tamat----

Shakayla (Penulis)

*Penulis adalah siswi kelas VIII ICP MTs N 2 Ponorogo

Rabu, 05 Maret 2025

MENJADI GURU IDOLA DI ERA DIGITAL ; MENGAJAR DENGAN HATI, BERKARYA DENGAN TEKNOLOGI


 Oleh: Hariyanto*

Guru adalah panggilan hati, bukan panggilan materi, meski begitu jangan dieksploitasi dengan dalih mengabdi.” 

Guru memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kualitas akademik peserta didik. Mereka bukan hanya sebagai penyampai ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai panutan dan inspirasi bagi siswa. Dalam perkembangan zaman yang semakin pesat, khususnya di era digital, harapan terhadap guru pun semakin tinggi. Guru tidak hanya dituntut menguasai materi pembelajaran, tetapi juga mampu beradaptasi dengan teknologi serta memahami kebutuhan emosional dan sosial peserta didik.

Di era digital saat ini, peserta didik cenderung lebih kritis dalam memilih sosok yang mereka idolakan. Guru yang sekadar mengajar dengan metode konvensional cenderung kurang menarik bagi mereka. Sebaliknya, guru yang inovatif, inspiratif, serta memahami teknologi memiliki peluang lebih besar untuk menjadi idola bagi siswa. Selain itu, guru yang dapat membangun kedekatan emosional dan memberikan motivasi lebih sering mendapat tempat di hati peserta didik.

Paragraf di atas berisi kalimat-kalimat yang seolah begitu sederhana untuk menjadi guru yang diidolakan bagi peserta didik, tetapi kenyataannya begitu banyak fakultas keguruan dan ilmu pendidikan yang mencetak guru-guru di Indonesia masih belum mampu menghasilkan guru-guru yang betul-betul berkualitas dan memiliki keterampilan mengajar yang mumpuni. Hal ini didukung dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat tetapi tidak berbanding lurus dengan kemampuan inovasi dan kreatifitas guru dalam mengajar.  

Berpuluh tahun lalu, Donald R Cruicksank (1980) dalam bukunya yang berjudul Teaching is Tough telah mengindikasikan beberapa problem yang dihadapi guru dan guru diharapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya tersebut. Problem yang dihadapi antara lain (1)  Problem kurang relevannya pendidikan guru dengan kebutuhan  masyarakat yang semakin dinamis. (2) Terdapat kecemasan pada guru meskipun sudah memiliki pengalaman mengajar yang lama, hal ini dikarenakan problem dinamisnya perkembangan teknologi dan karakter peserta didik. (3) Kebutuhan akan kepuasan guru, hal ini bisa dikaitkan permasalahan kesejahteraan guru yang belum tercapai, sementara beban dan tuntutan orang tua di pundaknya semakin berat. (4) Problem yang terkait dengan proses belajar mengajar, seperti: tindakan yang sesuai untuk penegakan aturan kedisiplinan di sekolah yang terkadang tidak bisa diterima secara bijak oleh orang tua dan siswa, problem guru dalam menjalin kerjasama antara orang tua dengan guru, dan membangun interaksi positif dengan peserta didik.

Sekarang  ini  Era digital membawa banyak kemudahan dalam dunia pendidikan, terutama dalam aspek pembelajaran yang lebih interaktif dan akses informasi yang lebih luas. Namun, di sisi lain, digitalisasi juga menghadirkan berbagai tantangan bagi guru, khususnya dalam menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik. Berikut beberapa masalah utama yang dihadapi guru dalam kaitannya dengan pendidikan karakter di era digital:

1. Kurangnya Interaksi Tatap Muka yang Berkualitas

Pembelajaran berbasis teknologi, seperti e-learning atau kelas daring, sering kali mengurangi interaksi langsung antara guru dan siswa. Akibatnya, nilai-nilai karakter seperti sopan santun, empati, dan kepedulian sosial sulit ditanamkan karena keterbatasan komunikasi nonverbal dan interaksi emosional.

2. Pengaruh Negatif Media Digital

Peserta didik memiliki akses yang luas terhadap internet dan media sosial, yang tidak selalu memberikan pengaruh positif. Konten negatif seperti ujaran kebencian, hoaks, perundungan daring (cyberbullying), dan gaya hidup hedonis dapat memengaruhi karakter mereka. Guru harus berperan sebagai filter dan pembimbing dalam memilah informasi yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika.

3. Perubahan Pola Pikir dan Gaya Hidup Peserta Didik

Teknologi mengubah cara berpikir dan bertindak siswa. Banyak dari mereka lebih individualistis, kurang sabar, dan cenderung mengutamakan kepuasan instan (instant gratification). Hal ini menjadi tantangan bagi guru dalam menanamkan nilai-nilai seperti kerja keras, kesabaran, dan tanggung jawab.

4. Menurunnya Otoritas Guru dalam Pendidikan Karakter

Di era digital, peserta didik tidak lagi hanya bergantung pada guru sebagai sumber utama informasi. Mereka lebih banyak mencari jawaban sendiri melalui internet. Hal ini menyebabkan otoritas guru dalam membentuk karakter siswa menjadi berkurang, karena mereka lebih mudah dipengaruhi oleh figur lain di dunia maya yang belum tentu memberikan teladan yang baik.

5. Kurangnya Literasi Digital di Kalangan Guru

Tidak semua guru memiliki keterampilan digital yang memadai untuk menyesuaikan metode pembelajaran dengan perkembangan teknologi. Akibatnya, mereka kesulitan dalam mendampingi siswa menghadapi tantangan moral di dunia digital, seperti etika berinternet, keamanan digital, dan bagaimana menggunakan teknologi secara positif.

6. Tantangan dalam Mengajarkan Nilai-Nilai Kedisiplinan

Kemudahan teknologi sering kali membuat siswa menjadi lebih fleksibel dan kurang disiplin, terutama dalam hal menghargai waktu dan tanggung jawab. Misalnya, siswa lebih mudah menunda tugas dengan alasan jaringan internet bermasalah atau kurang fokus karena distraksi media sosial. Guru harus mencari cara untuk tetap menanamkan kedisiplinan dalam lingkungan digital.

7.  Kurangnya Dukungan dari Orang Tua dalam Pendidikan Karakter

Di era digital, banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan dan kurang terlibat dalam pendidikan karakter anak. Mereka sering menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada guru, padahal pendidikan karakter harus ditanamkan secara bersama antara sekolah dan keluarga.

Selanjutnya apa solusi dari permasalahan dan tantangan di atas? Dalam pandangan penulis guru seharusnya: (1) Meningkatkan Literasi Digital Guru: guru harus terus belajar dan mengembangkan keterampilan digital agar bisa menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan era digital. (2) Menerapkan Pendidikan Karakter Berbasis Digital: Mengajarkan etika berinternet, literasi digital, dan cara menggunakan media sosial secara positif. (3)Memaksimalkan Interaksi Emosional; Meskipun menggunakan teknologi, guru tetap harus membangun kedekatan dengan siswa, baik secara daring maupun luring. (4) Menjadi Role Model dalam Penggunaan Teknologi: Guru harus menunjukkan contoh yang baik dalam penggunaan media sosial dan teknologi agar siswa bisa meniru sikap positif. (5) Berkolaborasi dengan Orang Tua dan Masyarakat: Guru perlu bekerja sama dengan orang tua dalam membentuk karakter siswa agar nilai-nilai moral tetap terjaga di lingkungan digital.

Di era digital yang penuh dengan perubahan cepat dan tantangan baru, guru tetap menjadi sosok yang diidolakan oleh peserta didik bukan hanya karena ilmunya, tetapi juga karena keteladanan, inovasi, dan kepeduliannya. Teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), memang telah mengubah cara belajar-mengajar, namun tidak akan pernah bisa menggantikan peran guru sebagai inspirator dan pembimbing karakter. Guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, mengajarkan nilai-nilai moral, serta membangun kedekatan emosional dengan siswa akan selalu dihormati dan dicintai. Oleh karena itu, di tengah pesatnya arus digitalisasi, guru harus terus berkembang, tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga sebagai panutan yang membawa harapan bagi generasi masa depan.

Daftar Rujukan:

Cruickshank, D.R. (1980). Teaching is Tough. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Daryanto & Karim, S. (2017). Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava Media.
Prensky, M. (2001). Digital Natives, Digital Immigrants. On the Horizon, 9(5), 1–6.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tilaar, H. A. R. (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Wahyuni, S. (2020). Peran Guru dalam Pendidikan Karakter di Era Digital. Jakarta: Erlangga.
-------------  
*Penulis adalah dosen FTIK IAIN Ponorogo

Rabu, 26 Februari 2025

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA YANG TOXIC TERHADAP PRODUKTIVITAS KINERJA

 Oleh: Dr. Hariyanto, M.Pd*

Di era globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Kinerja karyawan merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Namun, kinerja karyawan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan individu, tetapi juga oleh faktor lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang sehat dan positif dapat memotivasi karyawan untuk bekerja dengan lebih baik dan meningkatkan produktivitas mereka. Sebaliknya, lingkungan kerja yang toxic dapat berdampak negatif terhadap kinerja karyawan, bahkan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan fisik. Lingkungan kerja yang toxic ditandai dengan adanya perilaku negatif seperti perundungan (bullying), diskriminasi, pelecehan, dan komunikasi yang buruk. Kondisi ini dapat menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman, tidak aman, dan tidak produktif. Karyawan yang bekerja di lingkungan yang toxic cenderung merasa stres, tidak dihargai, dan tidak termotivasi untuk memberikan yang terbaik. Disinilah peran kepemimpinan seharusnya mengambil peran untuk menjaga kondusifitas perusahaan. Bukan justru menjadi penyebab atau pemicu terciptanya lingkungan yang toxic tersebut.

Pendapat di atas sesuai dengan hasil sejumlah peneltian yang menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang toxic memiliki korelasi negatif dengan produktivitas kinerja. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal "Work & Stress" menemukan bahwa karyawan yang mengalami perundungan di tempat kerja memiliki tingkat produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan karyawan yang tidak mengalami perundungan. Studi lain yang diterbitkan dalam jurnal "Journal of Occupational Health Psychology" menemukan bahwa lingkungan kerja yang ditandai dengan komunikasi yang buruk dan kurangnya dukungan sosial dapat menurunkan kinerja karyawan. Beberapa kasus perusahaan yang mengalami penurunan produktivitas akibat lingkungan kerja yang toxic juga telah banyak dipublikasikan. Misalnya, kasus yang terjadi di sebuah perusahaan teknologi besar di Amerika Serikat, di mana karyawan melaporkan adanya budaya kerja yang toxic dan diskriminatif. Akibatnya, banyak karyawan yang mengundurkan diri dan produktivitas perusahaan pun menurun drastis.

Bagaimana kita mengenali apakah lingkungan kerja sudah terkategori toxic atau lingkungan yang memiliki aura positif? Berikut ini adalah ciri-ciri lingkungan kerja yang toxic:

1            1.   Komunikasi yang Buruk:

o   Komunikasi yang tidak jelas, agresif, atau pasif-agresif dapat menciptakan ketegangan dan kebingungan di tempat kerja.

o   Kurangnya transparansi dan informasi yang tidak merata juga dapat menjadi tanda lingkungan kerja yang toxic.

o   Menurut penelitian, komunikasi yang buruk secara signifikan menurunkan kinerja karyawan.

2.    Perilaku Negatif dan Tidak Profesional:

o   Perundungan (bullying), pelecehan, diskriminasi, dan perilaku tidak etis lainnya sering terjadi di lingkungan kerja yang toxic.

o   Perilaku ini dapat menciptakan suasana kerja yang tidak aman dan tidak nyaman bagi karyawan. Para ahli psikologi organisasi telah lama mengidentifikasi bahwa tindakan perundungan di tempat kerja memiliki dampak yang sangat negatif terhadap kesehatan mental karyawan.

3.    Kurangnya Dukungan dan Kerja Sama:

o   Lingkungan kerja yang toxic sering kali ditandai dengan kurangnya dukungan dari rekan kerja dan atasan.

o   Persaingan yang tidak sehat dan kurangnya kerja sama tim dapat menciptakan suasana kerja yang tidak produktif.

o   Penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial di tempat kerja sangat penting untuk kesejahteraan karyawan dan produktivitas.

4.    Atasan yang Toxic:

o   Atasan yang suka melakukan micromanaging, narsis, atau tidak adil dapat menciptakan lingkungan kerja yang sangat tidak sehat.

o   Atasan yang tidak memberikan umpan balik yang konstruktif atau tidak menghargai kontribusi karyawan juga dapat menjadi masalah.

o   Banyak riset telah mendokumentasikan dampak negatif dari kepemimpinan yang toxic terhadap kepuasan kerja dan retensi karyawan. Retensi karyawan dapat dilihat dari banyaknya karyawan yang mengundurkan diri atau berhenti. Tanda-tanda itu sudah menunjukkan bahawa ada yang tidak beres dalam kepemimpinan di perusahaan atau instansi tersebut.

5.    Kurangnya Batasan dan Keseimbangan Kerja-Hidup:

o   Lingkungan kerja yang toxic sering kali tidak menghormati batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

o   Tekanan untuk selalu terhubung dan bekerja di luar jam kerja dapat menyebabkan stres dan kelelahan.

o   Para ahli kesehatan kerja menekankan pentingnya keseimbangan kerja-hidup untuk mencegah kelelahan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.

6.    Tidak adanya ruang untuk berkembang:

o    Karyawan merasa terjebak tanpa kemajuan, mengakibatkan frustrasi dan kekecewaan.

o    Kurangnya pengakuan terhadap prestasi.

o    Ketidakjelasan dalam rencana karier.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, apabila instansi/perusahaan sudah terjangkit beberapa gejala tersebut di atas, maka harus segera dicarikan solusi. Solusi yang ditawarkan seperti:

1. Jika penyebab lingkungan yang toxic salah satunya adalah pimpinan/ atasan, maka sebaiknya segera diganti dengan pimpinan/ manager yang lebih kompeten, visioner dan bijaksana;

2. Perusahaan perlu membangun budaya kerja yang saling menghormati, menghargai, dan mendukung;

3. Bangunlah komunikasi yang efektif dan positif antara bawahan dengan atasan, atau antar staff. Komunikasi yang efektif antara atasan dan bawahan sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat;

4. Memberikan pelatihan: Pelatihan tentang anti-perundungan, anti-diskriminasi, dan komunikasi yang efektif perlu diberikan kepada seluruh karyawan;

5. Menegakkan aturan: Perusahaan perlu memiliki aturan/ kode etik yang jelas dan tegas mengenai perilaku yang tidak pantas di tempat kerja. Kode etik tersebut perlu diterapkan dengan tegas.

Lingkungan kerja yang toxic memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap produktivitas kinerja karyawan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi masalah ini. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan positif, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas kinerja karyawan dan mencapai kesuksesan yang lebih besar.


 

Daftar Pustaka:

 

Einarsen, S., & Skogstad, A. (2005). The relationship between workplace bullying and psychological health. Work & Stress, 19(3), 207-221.

Michel, J. S., Kotrba, L. M., Mitchelson, J. K., Clark, M. A., & Baltes, B. B. (2011). Antecedents of work–family conflict: A meta-analytic review. Journal of Organizational Behavior, 32(5), 689-725.  

Spector, P. E., & Jex, H. C. (1998). Organizations: A social psychology perspective. John Wiley & Sons.

__________________________

* Penulis adalah Dosen di IAIN Ponorogo