f ' Membangun Budaya Literasi di Keluarga ~ Inspirasi Pendidikan

Senin, 25 Juli 2022

Membangun Budaya Literasi di Keluarga

Literasi

 Membangun Budaya Literasi Berbasis Keluarga
Oleh: Hariyanto


    Pemerintah sedang mengembangkan asesmen nasional yang menitikberatkan pada ketuntasan literasi, yaitu membaca, numerasi dan karakter. Tentunya kita menyambut baik upaya yang dilakukan pemerintah karena literasi ini menjadi dasar bagi peserta didik untuk menjadi pembelajar mandiri. Peran tri pusat pendidikan (rumah-sekolah-masyarakat) sangat penting dalam mengawal budaya tersebut. Peran sekolah tentu tidak diragukan lagi untuk bisa melaksanakannya, tetapi peran tersebut tidak akan berhasil signifikan jika tidak di dukung oleh pusat pendidikan yang lain, seperti keluarga dan masyarakat. Agar lebih mendalam membahas hal ini, Penulis akan menitikberatkan pada peran keluarga dalam membangun literasi yang akan berdampak positif pada kemampuan literasi anak.

Literasi secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Dalam arti yang lebih luas, Keberaksaraan atau literasi dapat diartikan melek teknologi, melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, bahkan juga peka terhadap politik (MultiLiterasi). Seseorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.

Bagaimana dengan kondisi literasi di Indonesia? UNESCO pernah menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Survey yang dilakukan oleh International Education Achievement (IEA) pada awal tahun 2000 menunjukkan bahwa kualitas membaca anak-anak Indonesia menduduki urutan ke 29 dari 31 negara yang diteliti di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Kondisi ini tentulah memprihatinkan bagi sebuah negara dengan jumlah penduduk yang sedemikian besar, yang tujuan pendidikan nasionalnya tercantum begitu hebat di Undang-Undang No.20 tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional.

Berdasarkan hal tersebut, maka gerakan kesadaran membaca, peningkatan minat baca, gerakan literasi sekolah haruslah didukung semua pihak termasuk orang tua/ keluarga. Bagaimanapun harus dipahami bahwa membaca adalah jendela dunia, jendela pengetahuan untuk menuju bangsa yang berpengetahuan, Indonesia yang berkualitas, maju dan sejahtera. Sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN)  sebagai implementasi Permendikbud 23 tahun 2015. Tugas seluruh elemen masyarakat adalah ikut bersama mensukseskan gerakan literasi sekolah (GLS) dan gerakan literasi masyarakat (GLM)

Buku bahasa jepang
Bagaimana mengembangkan minat baca?

Secara umum ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian untuk mengembangkan minat baca bagi peserta didik khususnya:

1. Pemerintah harus terus memperbaiki kualitas dan pemerataan pendidikan agar bisa mendorong tingkat melek huruf yang lebih tinggi. Sarana dan prasarana pendidikan harus terpenuhi

2. Bangun lebih banyak perpustakaan di semua daerah sebagai tempat yang nyaman untuk membaca, jumlah koleksi buku yang banyak, dan aktif serta inovatif menawarkan kegiatan yang menarik. Keunggulan suatu daerah tidak hanya dinilai dari infrastruktur yang dibangun, tetapi juga keseriusannya dalam membangun perpustakaan daerah sebagai pusat referensi unggul pengetahuan, wisata pengetahuan yang menarik bagi seluruh masyarakat.

3. Melakukan Kegiatan yang berkelanjutan untuk memikat anak-anak/ generasi  muda gemar membaca.

4. Memberikan dukungan kepada penerbit agar menghasilkan buku yang berkualitas dan beragam bacaan. Dukungan bisa dalam bentuk pelatihan dan pembinaan kepada penerbit di daerah, dukungan pengembangan modal usaha, dukungan kemudahan dalam perizinan dll.

5. Berdayakan masyarakat untuk bersama-sama membumikan literasi.

 

Keluarga sebagai bagian dari masyarakat memiliki peran penting dalam membangun literasi sebagaimana dicanangkan oleh pemerintah. Keluarga merupakan suatu miniatur pendidikan utama dalam merangsang pola perkembangan anak baik dari aspek intelektual, emosional, maupun spiritual. Peran orang tua dalam memberikan asupan informasi bagi otak dan hati yang kemudian keduanya bertaut membangun konsep, berpikir kritis dan mampu melahirkan kreatifitas. Peran orang tua dalam membangun literasi dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1.  Orang tua sebagai storyteller/pendongeng

Anggraini (2017), berpendapat bahwa bercerita kepada anak sebelum tidur atau pada waktu-waktu tertentu pada usia 3-5 tahun merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan minat baca anak. One day, one strory dapat diterapkan oleh orang tua, selain untuk menumbuhkan kedekatan dengan anak, tetapi juga bisa dijadikan sarana pendidikan karakter kepada anak sejak dini.

2.  Orangtua sebagai Stimulator

  Orang tua dapat memberikan fasilitas menunjang untuk membaca, diantaranya menyediakan buku-buku bacaan yang disukai anak ataupun buku pelajaran sekolah. Memberikan tempat belajar yang menyenangkan juga dapat menstimulasi anak untuk bergairah membaca.

3.  Orangtua sebagai teladan dan motivator

Anak akan melihat kebiasaan orang tuanya membaca dan anak akan mencontoh bagaimana orang tua melakukan hal tersebut. Orang tua tidak hanya menyerahkan tanggung jawab mengenai budaya literasi pada sekolah saja. Orangtua dapat berperan sebagai motivator, yang memberikan semangat pada anak-anaknya untuk membudayakan literasi.

Untuk melakukan peran tersebut, orang tua dapat melakukan aktivitas literasi dalam keluarga:

- Dimulai dari keteladanan orang tua menyisihkan waktunya untuk membaca, dan menulis
- Mengajak anak mengunjungi perpustakaan
- Mengajak ke toko buku dan membelikan buku sesuai yang diinginkan dan yang sesuai  
  tahap  perkembangannya
- Menjadikan buku sebagai reward ketika anak memperoleh prestasi
- Orangtua mengontrol anak dengan menyeleksi bacaan yang sehat, bacaan yang    
   menguatkan karaker  positif anak

    Keluarga Indonesia diharapkan memiliki sumbangsih yang besar terhadap gerakan membangun literasi di Indonesia. karena itu Literasi berbasis keluarga harus diupayakan keberhasilannya. Jika seluruh keluarga berupaya semaksimal mungkin, maka sangat memungkinkan minat baca, kondisi literasi di Indonesia akan semakin membaik, dan dunia tidak memandang Indonesia yang memiliki kuantitas penduduk besar, tetapi juga memiliki kualitas yang tinggi.

0 comments:

Posting Komentar