f ' Asal Usul Ponorogo ~ Inspirasi Pendidikan

Senin, 30 Januari 2023

Asal Usul Ponorogo

 

Shakayla A. El Queena (Penulis)

ASAL USUL PONOROGO
Oleh: Shakayla A. El Queena H.


Apa kabar teman-teman… perkenalkan, saya Shakayla Adzkiya El Queena Harfianto. Kali ini saya akan bertutur atau bercerita tentang Asal Usul Ponorogo. Mungkin ada beberapa teman-teman yang belum tahu atau pernah membaca kisahnya tapi tidak lengkap.  Nah.. agar bisa memahami ceritanya, disimak baik-baik ya…

Teman-teman sebelum bercerita, bagaimana kalau berpantun dulu, setuju ya…setuju…

Jalan-jalan ke pasar Soko

Pulangnya  membeli mangga

Kita punya reog Ponorogo

Tentunya membanggakan Indonesia

Satu lagi ya.. biar seru nanti teman-teman jawab “cakep” gitu ya

Pendirinya Raden Batoro Katong

Inilah Ponorogo Kota Budaya

Bukan Riya' bukan Sombong

Kini Ponorogo termasyhur di dunia


      Teman-teman, Nama Ponorogo sudah dikenal seantero negeri, bahkan di seluruh dunia. Siapa sih yang tidak kenal reog Ponorogo? bahkan sekarang sudah diusulkan ke Unesco sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Hebat kan…? Semoga usulan ini disetujui Unesco dan Ponorogo semakin harum namanya dikenal seluruh dunia. Tapi tahukah teman-teman bagaimana asal usul nama Ponorogo? sudah tahu belum? Baiklah, kali ini saya akan bercerita asal-usul Ponorogo yang saya baca dari buku yang berjudul CERITA RAKYAT DARI PONOROGO (JAWA TIMUR) yang dikarang oleh Edy Santosa dan diterbitkan oleh PT. Grasindo. Tahun 2003. 

Begini ceritanya:

Pada suatu hari di kerajaan Demak, Raden Patah sebagai Rajanya bermusyawarah dengan pembesar kerajaan Demak. Raden Patah merupakan putra dari Raja Majapahit dan kakak dari Raden Batoro Katong.

“Paman Patih Wonosalam, Bagaimana perkembangan kerajaan Demak saat ini?” Tanya Raden Patah kepada Patih Wonosalam.

“Tuanku Prabu, Secara umum keadaan Demak sudah semakin membaik, namun ada salah satu wilayah yang jauh dan belum kami kunjungi yaitu daerah Wengker karena letaknya jauh sekali.” Kata Patih Wonosalam.

“Tidak mengapa paman patih, kebetulan adikku datang dari Majapahit, saya ingin meminta bantuan Raden Batoro Katong untuk memeriksa daerah Wengker itu.” Titah sang raja.

“Baiklah, Kanda Prabu.” Jawab Raden  Batoro Katong menyanggupi

“Kalau begitu pergilah bersama Senopati Seloaji.” Kata Raden Patah

Maka berangkatlah Senopati Seloaji dan Raden Batoro Katong menuju Wengker, Mereka pun naik kuda berhari-hari untuk sampai di daerah Wengker. Sesampai di daerah Wengker mereka berdua bertemu dengan Kyai Ageng Mirah. Kyai Ageng Mirah bercerita tentang kondisi Wengker. Setelah melihat-lihat keadaan wilayah Wengker, maka Batoro Katong  Senopati Seloaji dan Kyai Ageng Mirah kemudian kembali ke Demak melaporkan kepada Raden Patah.

“Kanda Prabu, saya sudah memeriksa daerah Wengker. Wilayahnya Luas. Sebelah barat berbatasan dengan gunung Lawu, sebelah timur berbatasan dengan gunung Wilis, sebelah utara berbatasan dengan wilayah majapahit dan sebelah selatan berbatasan dengan pantai selatan jawa.” Kata raden Batoro Katong

“Hmmm.. Begitu ya, baiklah kalau begitu, Adikku, Batoro Katong, Aku menugaskanmu untuk membuka daerah Wengker menjadi sebuah kadipaten, Kamu yang menjadi Adipatinya, Patihmu adalah Senapati Seloaji dan pensehatmu adalah Kyai Ageng Mirah. Berangkatlah adikku, bawalah 40 Prajurit Demak pilihan untuk membantu kamu.” Perintah Raden Patah.

“Terima kasih, Kanda Prabu. Adinda siap melaksanakan titah kanda prabu” Jawab Raden Batoro Katong.

Berangkatlah mereka ke Wengker. Setelah sampai, mereka pun sibuk mencari tempat yang akan dibuka hutannya. Hingga kemudian mereka menemukan hutan yang ditumbuhi rumput Glagah yang beraroma wangi. Kemudian tempat tersebut diberi nama Hutan Glagah Wangi. Nah…Di Hutan inilah yang akan digunakan tempat tinggal, semuanya dibersihkan.Dan kayu-kayunya digunakan untuk membangun rumah.

Akhirnya sebuah rumah berdiri, tapi keesokan harinya rumah tersebut roboh tanpa diketahui penyebabnya. Para prajurit pun tiba-tiba banyak yang sakit, melihat kondisi aneh tersebut maka Raden Batoro Katong, Senopati Seloaji dan Kiai Ageng Mirah pun berdoa, dan bertapa. Hingga suatu malam, tiba-tiba angin berhembus kencang menerpa mereka dan sesosok tinggi besar tiba-tiba muncul.

Wuss..wusss suara angin kencang bertiup.

“hu.. ha…ha… ha..hentikan tapa kalian. Siapa kalian ini” Kata sosok tersebut

“Saya bernama Raden Batoro Katong dari Majapahit, bermaksud  membuka hutan ini untuk menjadi Kadipaten. Siapakah Tuan?” Tanya raden Batoro Katong.

“Aku adalah Jayadrana, Ketahuilah bahwa tempat ini sudah ada yang menguasai dari alam gaib, Dia adalah adikku namanya Jayadipa. Jika tujuanmu baik, maka akan aku panggilkan Jayadipa.”

Sesaat kemudian muncullah Jayadipa. Tubuhnya tinggi besar.

“Hmm…jadi kalian ini yang lancang membuka daerahku tanpa seizin aku.” Kata Jayadipa.

“maafkan kami Jayadipa, karena kami tidak tahu kalau hutan ini sudah ada penghuninya dari alam lain. Tetapi ini adalah titah dari Raden Patah, raja kerajaan Demak yang juga putra raja Brawijaya dari Majapahit.” Jawab Raden Batoro Katong.

Setelah mengutarakan maksudnya kepada Jayadipa, akhirnya Batoro Katong pun diizinkan membuka hutan tersebut dan tidak ada lagi yang menganggunya.

Pada saat membuka hutan inilah, Raden Batoro Katong menemukan Tiga pusaka yaitu Payung Tunggul Wulung, Tombak Tunggul Naga dan Sabuk Cinde Puspita.

Nah… teman-teman tidak asing dengan nama ketiga pusaka itu kan? Ya.. pusaka itu biasanya dibawa saat Kirap Pusaka pada setiap Grebek Suro. Ternyata pusaka itu adalah milik orang tua Batoro Katong yaitu Raja Brawijaya atau Raja Majapahit. Maka semakin mantaplah Raden Batoro Katong membuka hutan itu untuk menjadi kadipaten.

Setelah hutan itu dibuka, Rumah-rumah didirikan. Banyak pendatang yang kemudian bergabung dan menetap. Sehingga lambat laun Kota baru pun terbentuk.

Raden Batoro Katong untuk memberikan nama daerah itu, lalu beliau mengumumkan kepada rakyatnya.

“ Rakyatku semua, ketahuilah karena kita belum punya nama untuk wilayah ini. hari ini saya umumkan bahwa tempat ini saya beri nama Pramono Rogo. Pramono berarti bersatunya cahaya matahari dan bulan yang menyinari kehidupan di muka bumi, dan menyinari rogo (badan).”

Semua rakyat Ponorogo bersuka cita, menempati sebuah kota yang baru yaitu Pramono Rogo.

Nama Pramono rogo itu lama kelamaan menjadi PONOROGO. PONO artinya tahu akan segala sesuatu, sedangkan ROGO berarti badan manusia. Jadi Ponorogo berarti manusia yang tahu kedudukannya sebagai manusia.

Nah.. Bagitulah teman-teman,  cerita asal usul Ponorogo.  Cerita ini memberi pelajaran kepada kita bahwa manusia harus selalu berjuang mengatasi segala rintangan untuk mencapai kehidupan bersama yang rukun dan damai. Karena itu diperlukan gotong royong dan saling membantu. Dengan rasa persatuan dan tolong menolong, segala rintangan akan dapat diatasi.

Demikian cerita dari saya. Jika ada salah dalam bercerita, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sampai ketemu dengan cerita yang lainnya. Terima kasih.


------------------------------

* Penulis adalah Siswi Kelas VI Ali SDIT Qurrota A’yun Ponorogo


0 comments:

Posting Komentar