Tri Handayani, S.Psi (Penulis) |
---Tri Handayani, S.Psi---
Keluarga adalah lembaga pertama bagi
anak untuk belajar. Pusat dari semuanya berawal. Orang tua sebagai “orang
penting” bagi kehidupan anak. Jadi apakah semua hal pada diri orang tua itu
menurun pada anak, jawabannya tidak bisa dikatakan seratus persen seluruhnya.
Satu item yang tidak bisa di rubah adalah sifat. Sifat orang tua secara
otomatis akan menurun kepada anak.. sedangkan sikap, pola pikir, perilaku,
karakter bisa terbentuk melalui pendidikan, pembelajaran seiring berjalannya
waktu.
Jadi, bisa dikatakan bahwa sikap, pola
pikir, perilaku maupun karakter pada anak akan di pengaruhi oleh orang-orang
penting yang hadir di seputar kehidupan anak. Artinya istilah ini bukan lagi
mengacu pada ’menurun”, tetapi lebih pada istilah “Belajar” Belajar di dalam
lingkungan sosial anak. (Pembelajaran sosial)
Jika orang tua secara penuh membersamai
anak, maka secara tidak langsung anak akan belajar bagaimana sikap, pola pikir
dan perilaku orang tua. Nilai-nilai itu akan terinternalisasi juga di dalam
diri anak. Betapa pentingnya masa ini bagi orang tua untuk menanamkan
nilai-nilai positif agar terbentuk konsep diri yang kuat dalam pribadi anak.
Anak melihat apa yang dilakukan oleh
orang tua. Anak juga mendengar apa yang di bicarakan oleh orang tua. Anak juga
belajar memahami atas setiap sikap dan perilaku yang dimunculkan oleh orang tua
atas setiap peristiwa, kondisi, maupun orang lain. Nilai yang ada di dalamnya
akan melekat dalam diri anak dan menjadi sebuah konsep pribadi yang kurang
lebih sama dengan orang tua. Maka pembelajaran sosial ini berjalan seiring
dengan petumbuhan dan perkembangan anak.
Anak-anak yang selalu optimis, percaya
diri, bertanggung jawab ataupun anak-anak yang selalu mengeluh dan menyalahkan
orang lain, situasi, kondisi pun juga terbentuk dari pembelajaran sosial di
keluarganya, terutama orang tua. Dukungan, support, doa bahkan evaluasi yang
berkesinambungan akan membantu perkembangan anak kearah yang lebih baik.
Lalu, apakah proses internalisasi
tersebut sudah harga mati dan tidak akan bisa berubah? Jawabnya Tidak.
Lingkungan sosial di luar keluarga juga sangat berpengaruh besar terhadap terbentuknya
konsep diri anak. Pendidikan, lingkungan bermain, aktivitas ekstra yang di
gemari anak pun ikut memberi warna pada perkembangan anak. Ini pun tidak lepas
dari kemungkinan berdampak positif atau negatif. Hal ini kembali lagi pada
penanaman pondasi awal pembelajaran sosial di lingkungan keluarga. Lingkungan sosial
di luar keluarga di mana anak juga menghabiskan waktunya menuntut orang tua
tetap awas dan waspada akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Apalagi
saat ini pengaruh sosial juga datang dari kecanggihan teknologi. Aktivitas
dunia maya pun ikut mewarnai perkembangan hati dan pikiran anak. Orang tua
harus mampu menjalin komunikasi dan hubungan yang hangat dengan anak. Sehingga
mereka akan merasa lebih nyaman, dimengerti dan mampu mengekspresikan setiap
informasi yang dia dapatkan secara positif. Terbentuknya hubungan dan
komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak akan membawa dampak baik pula
dalam konsep diri anak. Hal ini pun akan berpengaruh besar pula terhadap sikap,
perilaku anak.
Jadi, esensinya, sumbangsih terbesar terbentuknya sikap, perilaku karakter anak adalah peran orang tua sebagai center pembelajaran sosial anak. Orang tua harus faham kapan berperan sebagai filter dan konduktor bagi anak agar berkembang lebih baik dari waktu ke waktu. Tanpa menghambat imajinasi , inisiatif dan inovasi anak. Walaupun lingkungan sosial juga ikut berperan besar, tetapi semua tetap akan kembali kepada orang tua sebagai sosok panutan anak. Peribahasa di atas menjadi semacam tolok ukur bagi peran serta orang tua dalam masa perkembangan anak. Betapa orang tua itu adalah sosok yang teramat penting bagi anak. Sebagai muara baik buruknya sikap, karakter maupun perilaku anak. Hasilnya akan terbawa sampai anak dewasa. Semuanya akan teruji oleh waktu.
----------------------------------
0 comments:
Posting Komentar