f ' BUAH JATUH TAK JAUH DARI POHONNYA ~ Inspirasi Pendidikan

Jumat, 27 Januari 2023

BUAH JATUH TAK JAUH DARI POHONNYA

 

Tri Handayani, S.Psi (Penulis)

BUAH JATUH TAK JAUH DARI POHONNYA
Oleh: Tri Handayani, S.Psi

Anak adalah permata titipan Tuhan. Ibarat kertas putih yang kosong tanpa goresan tinta ketika awal dia dilahirkan ke dunia. Orang tuanyalah yang bertanggung jawab membimbingnya menjadi pribadi yang baik dan kuat dari sisi fisik maupun psikisnya. Orang tua bertugas mempersiapkan anak untuk mampu mengambil sikap dan perilaku yang tepat dalam setiap peristiwa dan kondisi, baik dan buruk.
---Tri Handayani, S.Psi---

 Peribahasa lama ini memiliki nilai makna yang dalam, karena kondisi yang termanisfestasi pada setiap orang akan berbeda. Peribahasa ini banyak digunakan untuk menyebutkan kemiripan antara orang tua dengan anaknya. Kemiripan ini bukan hanya berupa bentuk fisik, namun sifat dan tingkah laku. Timbul sebuah pertanyaan, apakah segala hal yang ada pada diri orang tua itu menurun kepada anaknya?

Keluarga adalah lembaga pertama bagi anak untuk belajar. Pusat dari semuanya berawal. Orang tua sebagai “orang penting” bagi kehidupan anak. Jadi apakah semua hal pada diri orang tua itu menurun pada anak, jawabannya tidak bisa dikatakan seratus persen seluruhnya. Satu item yang tidak bisa di rubah adalah sifat. Sifat orang tua secara otomatis akan menurun kepada anak.. sedangkan sikap, pola pikir, perilaku, karakter bisa terbentuk melalui pendidikan, pembelajaran seiring berjalannya waktu.

Jadi, bisa dikatakan bahwa sikap, pola pikir, perilaku maupun karakter pada anak akan di pengaruhi oleh orang-orang penting yang hadir di seputar kehidupan anak. Artinya istilah ini bukan lagi mengacu pada ’menurun”, tetapi lebih pada istilah “Belajar” Belajar di dalam lingkungan sosial anak. (Pembelajaran sosial)

Jika orang tua secara penuh membersamai anak, maka secara tidak langsung anak akan belajar bagaimana sikap, pola pikir dan perilaku orang tua. Nilai-nilai itu akan terinternalisasi juga di dalam diri anak. Betapa pentingnya masa ini bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai positif agar terbentuk konsep diri yang kuat dalam pribadi anak.

Anak melihat apa yang dilakukan oleh orang tua. Anak juga mendengar apa yang di bicarakan oleh orang tua. Anak juga belajar memahami atas setiap sikap dan perilaku yang dimunculkan oleh orang tua atas setiap peristiwa, kondisi, maupun orang lain. Nilai yang ada di dalamnya akan melekat dalam diri anak dan menjadi sebuah konsep pribadi yang kurang lebih sama dengan orang tua. Maka pembelajaran sosial ini berjalan seiring dengan petumbuhan dan perkembangan anak.

Anak-anak yang selalu optimis, percaya diri, bertanggung jawab ataupun anak-anak yang selalu mengeluh dan menyalahkan orang lain, situasi, kondisi pun juga terbentuk dari pembelajaran sosial di keluarganya, terutama orang tua. Dukungan, support, doa bahkan evaluasi yang berkesinambungan akan membantu perkembangan anak kearah yang lebih baik.  

Lalu, apakah proses internalisasi tersebut sudah harga mati dan tidak akan bisa berubah? Jawabnya Tidak. Lingkungan sosial di luar keluarga juga sangat berpengaruh besar terhadap terbentuknya konsep diri anak. Pendidikan, lingkungan bermain, aktivitas ekstra yang di gemari anak pun ikut memberi warna pada perkembangan anak. Ini pun tidak lepas dari kemungkinan berdampak positif atau negatif. Hal ini kembali lagi pada penanaman pondasi awal pembelajaran sosial di lingkungan keluarga. Lingkungan sosial di luar keluarga di mana anak juga menghabiskan waktunya menuntut orang tua tetap awas dan waspada akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Apalagi saat ini pengaruh sosial juga datang dari kecanggihan teknologi. Aktivitas dunia maya pun ikut mewarnai perkembangan hati dan pikiran anak. Orang tua harus mampu menjalin komunikasi dan hubungan yang hangat dengan anak. Sehingga mereka akan merasa lebih nyaman, dimengerti dan mampu mengekspresikan setiap informasi yang dia dapatkan secara positif. Terbentuknya hubungan dan komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak akan membawa dampak baik pula dalam konsep diri anak. Hal ini pun akan berpengaruh besar pula terhadap sikap, perilaku anak.

Jadi, esensinya, sumbangsih terbesar terbentuknya sikap, perilaku karakter anak adalah peran orang tua sebagai center pembelajaran sosial anak. Orang tua harus faham kapan berperan sebagai filter dan konduktor bagi anak agar berkembang lebih baik dari waktu ke waktu. Tanpa menghambat imajinasi , inisiatif dan inovasi anak. Walaupun lingkungan sosial juga ikut berperan besar, tetapi semua tetap akan kembali kepada orang tua sebagai sosok panutan anak. Peribahasa di atas menjadi semacam tolok ukur bagi peran serta orang tua dalam masa perkembangan anak. Betapa orang tua itu adalah sosok  yang teramat penting bagi anak. Sebagai muara baik buruknya sikap, karakter maupun perilaku anak.  Hasilnya akan terbawa sampai anak dewasa. Semuanya akan teruji oleh waktu.

----------------------------------

* Penulis adalah pemerhati di bidang perkembangan anak



0 comments:

Posting Komentar