Inspirasipendidikan.com
– sahabat
inspirasi pendidikan, kali ini kami akan berbagi sebuah cerita yang pernah
dilakukan seorang pendidik /dosen di sebuah perguruan tinggi negeri. Cerita
bermula ketika dosen tersebut pada pertemuan pertama menjelaskan tentang
silabus, peta konsep yang akan diajarkan selama semester, dan kontrak
perkuliahan. Pada waktu itu mereka mendiskusikan kontrak perkuliahan yang
isinya sudah disepakati oleh mahasiswa di kelas, yang antara lain adalah
ketertiban menggunakan gadget. Bahwa selama pembelajaran berlangsung
handphone harus mode silent atau getar saja, tidak boleh dibunyikan
keras-keras. Begitu juga tidak boleh menerima atau mengirimkan pesan atau
telepon sewaktu pembelajaran berlangung, karena bisa menganggu teman/ mahasiswa
yang lain, dan proses belajar mengajar juga akan terganggu apalagi dari segi
etika hal itu adalah kurang sopan.
Sepekan
berlalu, hingga tibalah giliran dosen itu mengajar lagi. 20 menit pertama
pembelajaran berlangsung menyenangkan, tanya jawab dan interaksi yang dibangun
di kelas begitu hidup. Namun tiba-tiba keseruan belajar mengajar itupun
terhenti ketika terdengar nada dering lagu Pop Korea dari salah satu tas mahasiswa.
Buru-buru mahasiswa itu meraih tasnya dan menjawab panggilan di HP di dalam
kelas. Entah lupa atau bagaimana dengan kontrak kuliah, mahasiswa itupun
menjawab meskipun dengan nada lirih sambil menutup mulutnya dengan sebelah
tangan dan bersembunyi dibawah meja.
Dosen hanya melirik melihat kejadian itu dan melanjutkan kuliahnya. Tetapi
cukup lama mahasiswa ini menjawab teleponnya, akhirnya mahasiswa ini pun
ditegur oleh dosen, “mas, yang lagi asyik jawab telepon, masih ingat hak, kewajiban
yang kita sepakati minggu lalu?” tegur dosen yang sepertinya sudah habis
kesabarannya.
“Masih
ingat bu”? jawab mahasiswa tersebut sedikit gugup sambil memasukkan HP nya di
saku samping celananya.
“Kalau
begitu silahkan saudara keluar dari kelas saya, minggu depan baru boleh masuk,
hari ini cukup sampai di sini.” Tegas ibu dosen yang sontak membuat seluruh
kelas terdiam.
Setelah
mahasiswa itu keluar dari kelas, perkuliahan pun dilanjutkan lagi. Suasana yang
tadi hening kini kembali normal seperti biasa. Selang 15 menit kemudian,
tiba-tiba dari bangku depan terdengar HP berbunyi, sebuah panggilan masuk.
Seorang mahasiswi begitu panik kemudian bergegas mengambil HP yang ada di
tasnya kemudian berupaya di matikan. Sesaat mahasiswi tadi melihat siapa yang
menelpon, kemudian segera merejectnya. Nampak kelegaan dari raut muka mahasiswi
tersebut. Sampai kemudian dosennya mendekati dan bertanya.
”Kenapa
dimatikan telponnya?” tanya dosen
“Maaf
bu, saya lupa silent, tapi tidak saya jawab telponnya.” Jawab mahasiswi
dengan perasaan berdebar, khawatir dia pun akan bernasib sama dengan temannya
yang sebelumnya dikeluarkan dari kelas.
“Telepon
dari siapa?” selidik dosen lagi.
“Dari
ibu saya bu.” Jawab mahasiswi tersebut dengan jujur. “Kalau ibu tidak percaya, bisa
diperiksa bu.” Tambahnya.
“Kalau
begitu, keluar kelas, dan telepon kembali ibumu, setelah selesai kamu boleh
masuk kelas lagi.” Perintah Dosen.
Mahasiswi
tersebut ragu dengan perkataan dosennya, tetapi dengan setengah ragu dia pun
keluar untuk menelepon kembali ibunya.
Lima
menit kemudian mahasiswi itu pun masuk lagi.
“Semuanya
dengarkan dan perhatikan, ketentuan dalam kontrak kuliah yang kita sepakati
memang tidak boleh menerima dan menjawab telepon di dalam kelas, tetapi
ingatlah jika yang menelpon itu adalah orang tuamu, maka wajib kamu untuk
menjawabnya. Saya persilahkan keluar kelas untuk menjawab telepon dan setelah
selesai bisa kembali mengikuti perkuliahan.” Kata dosen menjelaskan di depan
kelas.
Semua
mahasiswa di dalam kelas hanya terdiam mendengar penjelasan dari dosennya. Sampai
kemudian salah satu mahasiswa memberanikan diri bertanya.
”Mengapa
begitu bu? Mungkin ada alasan tersendiri bu?”
Sambil tersenyum
dosen tadi menjawab. “Saya tidak memiliki hak untuk menjauhkan kamu dengan
orang tuamu, Saya tidak memiliki keberanian kepada orang tua yang mempercayakan
kamu ke kampus ini, tetapi di sisi lain orang tua kalian khawatir akan kondisi
anaknya yang jauh dari rumah. Apalah kuasa seorang dosen dibandingkan orang tua
yang doa-doanya digaungkan setiap waktu untuk anak-anaknya, yang tidak ada
hijab do’a dia dengan Tuhannya.” Sambil menghela nafas berat ibu dosen tadi
menambahkan.”Jangan pernah abaikan telepon dari orang tuamu, karena percayalah
suatu saat nanti bisa jadi telepon yang kamu abaikan itu akan menjadi telepon
yang sangat kamu rindukan, ketika orang tuamu sudah meninggal dunia.”
Semua
mahasiswa terdiam sejenak, dalam hati mereka berkata.” Meskipun dosen ini tegas
dan disiplin dalam menerapkan aturannya, tetapi nilai karakter yang dibangun
melalui tindakannya, sungguh mencerminkan seorang yang inspiratif bagi para
mahasiswanya.”
Begitulah
sahabat inspirasipendidikan.com, Kebijakan dalam penerapan semua aturan
terutama di bidang pendidikan haruslah diupayakan pada penekanan attitude,
Karakter yang terus dibiasakan bagi seluruh peserta didik di jenjang mana pun.
Pendidik haruslah bisa menginspirasi anak didiknya, memberikan keteladanan, dan
muaranya adalah pembentukan pribadi yang memiliki akal budi, berbudi pekerti
luhur, berakhlak mulia, tetapi juga memiliki kecerdasan di bidangnya
masing-masing.(HAR, 22/8/20023)
0 comments:
Posting Komentar