f ' 2024 ~ Inspirasi Pendidikan

Inspirasi Pendidikan untuk Indonesia

Pendidikan bukan cuma pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar. Tapi, juga soal memperluas pengetahuan dan menyerap ilmu kehidupan.

Bersama Bergerak dan Menggerakkan pendidikan

Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki (Bung Hatta)

Berbagi informasi dan Inspirasi

Tinggikan dirimu, tapi tetapkan rendahkan hatimu. Karena rendah diri hanya dimiliki orang yang tidak percaya diri.

Mari berbagi informasi dan Inspirasi

Hanya orang yang tepat yang bisa menilai seberapa tepat kamu berada di suatu tempat.

Mari Berbagi informasi dan menginspirasi untuk negeri

Puncak tertinggi dari segala usaha yang dilakukan adalah kepasrahan.

Senin, 14 Oktober 2024

SHAMITA MAULIDA EL QUEENA: PENJAGA NYALA LITERASI

 

inspirasipendidikan.com_Shamita Maulida El Queena Harfianto, biasa dipanggil Shamita. Seorang anak perempuan yang berparas cantik, shalihah, energik, mudah berteman, memiliki keberanian untuk melakukan hal-hal yang positif. Begitulah gambaran untuk menjelaskan tentang kepribadian siswi kelas IV SDIT Qurrota A’yun Ponorogo ini. Hebatnya lagi pada kelas IV SD ini dia sudah mengahasilkan sebuah karya buku yang diberi judul “Meniti Perjalananku”. Sebuah buku yag ditulisnya sejak di kelas 3 mengenai pengalaman-pengalaman kehidupan baik di sekolah, keluarga dan di lingkungan masyarakat.

Kepala SDIT Qurrota A’yun Ponorogo, Ibu Wijiati, S.TP., S.Pd secara khusus memberikan apresiasi kepada Shamita karena keberhasilannya menghasilkan karya buku ini, “ini sejalan dengan slogan SDIT yang dipimpinnya yaitu salah satunya membentuk generasi Literat."Tegasnya. Diharapkan karya ini menjadi pemicu dan memotivasi siswa-siswi lainnya untuk berani menulis dan mempublikasikan hasil karya tulisnya. Seperti karya Shamita yang diterbitkan oleh CV. Pustaka El Queena pada tahun 2024. Diwawancarai oleh inspirasipendidikan.com, mengenai alasan mengapa dia menulis, dia hanya menjawab,” itu kan hobbi jadi tidak bosan meskipun harus menulis berlembar-lembar, tetapi memang harus tekun dan sabar untuk menulis.” Jawabnya lugas.


Keberhasilan Shamita, yang juga aktif sebagau Jurnalis QA ini tidak lepas dari bimbingan para guru di SDIT QA dan atas dukungan kedua orang tua. Bisa dibayangkan jika semua anak setingkat SD saja sudah berani menerbitkan karyanya, berapa jumlah buku yang telah dihasilkan semua anak SD/ MI, belum lagi di jenjang SMP dan SMA/ sederajat. Dengan demikian karya-karya nyata dari para peserta didik, apapun hasilnya merupakan hasil nyata dari upaya membangun literasi di Indonesia.  Sekolah dan orang tua perlu bahu membahu bergandeng tangan untuk memotivasi peserta didik agar menghasilkan karya minimal satu karya yang dipublikasikan di setiap jenjang pendidikan. Dengan demikian siswa-siswi ini merupakan para penjaga agar semangat literasi tetap menyala dan tidak pernah padam.

Redaksi Inspirasi Pendidikan, mengucapkan selamat dan sukses untuk ananda Shamita yang telah menerbitkan bukunya, semoga karya ini menjadi pembuka bagi karya-karya berikutnya yang lebih berkualitas, dan dapat memotivasi para siswa-siswi lainnya untuk berkarya. (Hary/14/10/24)

Shamita (Penulis) bersama buku karyanya

Jumat, 27 September 2024

Menapaki Jalan Literasi

oleh: Shakayla*

Haii.. sahabat inspirasipendidikan, perkenalkan namaku Shakayla, saat ini saya adalah siswi kelas VIII MTs Negeri 2 Ponorogo. Kali ini aku akan berbagi pengalaman tentang menulis dan suka duka yang aku alami selama menghasilkan karya tulis atau buku. semoga apa yang aku tuliskan ini bisa menginspirasi para pembaca di mana pun berada.

Menulis merupakan sebuah hobi, sama halnya dengan membaca yang menjadi kegemaranku. Buku-buku cerita fiksi maupun non fiksi yang menarik bisa saja habis dalam sekali baca. Itulah sebabnya aku terinspirasi dengan para penulis terkenal di dunia seperti JK. Rowling, Helvi Tiana Rossa, Habiburrahman El Sirazi, Andrea Hirata, Asma Nadia,Leila S Chudori,Nadia Ristivani, dan lain-lain. Cerita yang ada dalam buku yang ditulisnya membuatku iri dan ingin menjadi seperti mereka. Karena itulah sejak kelas 1, aku sudah mulai menulis. Beruntungnya Ayah dan Bunda selalu mendukung sehingga di kelas 1 SD sudah bisa menerbitkan sebuah Kumpulan Puisi dan Cerpen. Hmmm.. memang sih, masih sederhana banget. kalau sekarang aku baca lagi, bisa tertawa sendirian. malu juga.. tapi bangga karena sudah bisa menghasilkan karya pada saat SD kelas 1.

Kemampuanku menulis terus aku asah dibimbing oleh orang tua dan guru. Karena sulit mendapatkan kursus atau pelatihan menulis untuk anak-anak, maka suatu saat aku pernah mengikuti pelatihan menulis yang pesertanya semua adalah orang dewasa. Pelatihan yang diadakan oleh sebuah penerbitan yang ada di Surabaya merupakan pengalaman yang menarik, karena justru aku mendapatkan masukan, saran, dan motivasi dari editor dan penulis lainnya. Dari situ aku semakin semangat menulis, dan syukurlah di kelas V awal saat pandemi Covid 19 mengganas, aku malah berhasil menyelesaikan dan menerbitkan Antologi Cerpen: Menggapai Harapan. ya... kalau jujur aku menilai buku ini hasilnya lebih bagus daripada sebelumnya.Aku juga mendapat apresiasi dari mereka yang telah membaca karyaku satu ini.

Penulis bersama Wakil Bupati Ponorogo, Hj. Lisdiarita (Kanan)

Bertemu dengan orang-orang hebat yang menjadi pejabat penting, para penulis hebat, tentu tidak pernah aku bayangkan apalagi bisa berbincang dan menerima nasehat serta saran dari mereka semua. Adalagi yang membuatku senang, yaitu ketika teman-temanku di SD, beberapa Adik kelas yang telah membaca novel Catatan Senja kemudian begitu antusias mengajak berdiskusi, bertanya-tanya tentang isi dan dibuat penasaran dengan akhir dari cerita Catatan Senja.
Bersama Amah Hida dan Ust. Wijiati, Kepala SDIT QA

Seolah menikmati dan ingin membuktikan kemampuanku dalam menulis, maka aku pun menulis lagi. Kali ini aku menulis sebuah novel. Hampir 6 bulan aku bisa menyelesaikan novel perdanaku. Tentu saja di sela-sela kegiatanku sekolah. Ya... bagiku menulis saat ini adalah hobbi yang tidak boleh mengalahkah tugas utama untuk belajar. Nah.. karena itulah orang tua selalu memberikan dukungan.

Akhirnya Bulan Nopember 2022, Novel Catatan Senja berhasil diterbtikan. Alhamdulillah semua merasa bergembira, kami sekeluarga, sekolah tempat aku belajar dan semua orang yang memiliki kepedulian dengan karya tulis. apalagi yang dihasilkan seorang anak yang masih duduk di SD. Yang paling membahagiakan adalah ketika orang-orang hebat seperti Ibu Yuli Dwi Astuti, Ketua Geliat Ponorogo Menulis (GPM), Amah Hida, seorang trainer dan konselor yang luar biasa, memberikan endorse statement pada novelku. dan tentu saja Ustadzah Wijiati Kepala SDIT Qurrota A'yun yang berkenan memberikan pengantar.
Kebanggaan dan kebahagiaan sebagai penulis adalah saat karya yang aku tulis itu dibaca banyak orang dan memberikan inspirasi kepada mereka. Apalagi Novel Catatan Senja ini juga sudah sampai di tangan Ibu Wakil Bupati Ponorogo, Bunda Hj. Lisdyarita, SH. Karya-karya yang aku tulis juga sudah menemui pembaca hebat lainnya yaitu kepala dinas Pendidikan Ponorogo, Bapak komandan Kodim Ponorogo, Ustadzah Vida Rabiah Al Adawiyah, seorang penulis yang hebat dari Solo. Setelah menjadi siswi di jenjang Sekolah Menengah Pertama, tepatnya di MTsN2 Ponorogo, Aku pun masih berusaha untuk menghasilkan karya-karya lainnya. tetapi jujur harus diakui beban akademik yang lebih berat membuatku kadang kesulitan membagi waktu untuk melanjutkan hobi menulisku. 

Harus diakui lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap produktivitasku dalam menghasilkan karya. Sebuah novel masih dalam proses dan menunggu untuk diselesaikan. semoga selama bersekolah di MTs N 2 ini bisa diselesaikan. Oiya.. Bulan September ini karya antologi cerpen yang kami tulis bersama teman-teman di MTsN 2 Ponorogo sudah bisa diterbitkan. Di situ aku menulis sebuah cerpen yang berjudul "Asamaraloka Sang Renjana". Harapanku suatu saat nanti Aku bisa menerbitkan Kumpulan Cerpen secara solo yang merupakan hasil dari cerpen-cerpen yang Aku tulis.
Penulis (kanan) Bersama Ketua GPM (Gerakan Ponorogo Menulis)

Semoga aku bisa menghasilkan karya-karya lainnya di masa depan. terima kasih aku ucapkan kepada semua yang telah membantu. terutama CV Pustaka EL Queena yang telah menerbitkan beberapa karyaku, kepada orang tua dan semua keluarga besar, kepada para guru yang telah membimbingku semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik untuk semua kebaikan yang diberikan kepadaku. Aamiin... (Queena, 27 Sept 2024)

Shakayla: Penulis

Jumat, 20 September 2024

INTERNASIONALISASI BAHASA INDONESIA

Oleh: Afrilia Eka Prasetyawati, M.Pd

Bahasa Indonesia merupakan hasil dari komitmen besar bangsa Indonesia yang digunakan sebagai media pemersatu bangsa. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Indonesia memiliki banyak suku dan bahasa. Masing-masing daerah memiliki bahasa yang berbeda-beda. Hal ini memang merupakan kekayaan dan potensi bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain, tetapi bisa juga menjadi sumber rapuhnya kesatuan bangsa. Karena itu jauh sebelum Indonesia menyatakan proklamasi kemerdekaannya, tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari berbagai daerah bersumpah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. “Kami putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Sumpah pemuda tersebut mengisyaratkan sebuah pesan penting bahwa jika menghendaki sebuah negara yang merdeka dan bersatu, maka perlu diikat dengan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Penetapan kedudukan bahasa Indonesia juga tercantum dalam pasal 36 UUD 1945 yang menyebutkan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Ketentuan Pasal 36 ini menegaskan kedudukan yang kuat bahasa Indonesia dalam tata pemerintahan dan urusan kenegaraan.

Kemudian bagaimana kedudukan bahasa Indonesia di tengah era global saat ini? bukankah bahasa Internasional yang banyak dipelajari di kurikulum semua jenjang pendidikan adalah bahasa Inggris, bahasa Arab, Mandarin, dan banyak bahasa asing lainnya. Sementara kecenderungannya para peserta didik saat ini lebih menyukai bahas asing daripada bahasa Indonesia. Para mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa dan sastra Indonesia relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jurusan bahasa asing. Dalam pandangan penulis, inilah yang harusnya menjadi garapan dari pemerintah dan seluruh elemen bangsa termasuk guru dan tenaga kependidikan, agar kebanggaan terhadap bahasa Indonesia tidak luntur tergerus oleh perkembangan teknologi dan informasi sekarang ini.

Di tengah kekhawatiran tersebut, ada angin segar yang terhembus dari UNESCO, sebuah resolusi yang berjudul “Recognition of Bahasa Indonesia as an Official Language of The General Conference of UNESCO.” Pada tanggal 20 Desember 2023, Bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa resmi pada forum resmi di Unesco. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang kesepuluh, setelah Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Bahasa Prancis, Bahasa Spanyol, Bahasa Rusia, Hindi, Italia dan Portugal. Keberhasilan pemerintah dalam mendorong bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional ini patut dibanggakan, mengingat beberapa negara, misalnya negara tetangga Malaysia, Singapore justru jejak bahasa Melayu nya semakin luntur, para generasi mudanya lebih cenderung menggunakan bahasa asing daripada bahasa Melayu. Bahkan ironisnya ada yang sudah tidak bisa bahasa Melayu, meskipun lahir dan dibesarkan di negara tersebut.

Pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di UNESCO ini sudah seharusnya diberikan, mengingat jika melihat data dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, jumlah penutur bahasa Indonesia di Indonesia kurang labih 269 juta. Di asia tenggara jumlah penuturnya mencapai 5,2 juta. Dan tercatat sebanyak 143 ribu pemelajar aktif bahasa Indonesia yang berasal dari penutur asing. Jumlah yang sangat besar dan potensi yang kuat untuk menyebarkan bahasa Indonesia sehingga dikenal oleh masyarakat dunia dan siapa tahu suatu saat ini bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional yang tidak hanya digunakan di forum resmi Unesco tetapi juga digunakan di semua event resmi internasional.

Rasa optimis yang penulis sampaikan ini tidaklah berlebihan, karena itu upaya pemerintah dalam menjadikan bahasa Indonesia lebih dikenal di kancah internasional wajib mendapatkan dukungan semua warga negara Indonesia. Penulis mengajukan beberapa masukan atau pendapat terkait dengan pembudayaan bahasa Indonesia ini, yaitu:

1.   Jangan malu menggunakan bahasa Indonesia. Rasa bangga ini adalah cerminan nasionalisme terhadap bangsa dan negara. Meskipun demikian, kita juga harus mempelajari bahasa internasional lainnya sebagai media komunikasi dan transfer pengetahuan dari negara lainnya. Hal ini bisa dicontohkan terlebih dahulu oleh pejabat publik, pada setiap acara resmi kenegaraan di Indonesia, gunakanlah bahasa Indonesia. Tamu negara dari negara lain bisa menggunakan jasa penterjemah jika ingin memperlancar dan menyampaikan maksud komunikasi tersebut. Kecuali untuk urusan pembicaraan serius antar negara dan hanya diketahui oleh kedua pimpinan /pejabat negara, maka bisa menggunakan bahasa Inggris atau bahasa internasional lainnya;

2.  Upaya internasionalisasi  bahasa Indonesia ini harus didukung dengan kebijakan pemerintah. Misalnya: Saat ini banyak pelajar manca negara yang study di Indonesia, maka sebagai salah satu persyaratannya adalah mereka harus bisa berbahasa Indonesia. Begitu juga dengan para pekerja asing dari luar negeri yang bekerja di Indonesia, maka harus ada kewajiban bagi mereka untuk bisa berbahasa Indonesia.

3.   Terkait dengan pendapat nomor 2 tersebut, maka sudah saatnya Indonesia memiliki TOIFL (Test of Indonesian as a Foreign Language) sebagai salah satu sarana screening bagi mahasiswa luar negeri atau para pekerja migran dari luar negeri. Mereka hanya akan mendapatkan izin tinggal di Indonesia seteleh menunjukkan skor TOIFL nya.

4.  Perbanyak jurnal jurnal berbahasa Indonesia yang terindeks internasional. Selama ini yang kita ketahui artikel jurnal yang terindeks Scopus, WOS atau DOAJ mayoritas berbahasa Inggris, sementara yang berbahasa Indonesia masih sedikit.

5.   Pembangunan literasi yang berkelanjutan di semua jenjang pendidikan. Hasil karya tulis para peserta didik tidak hanya dipajang di perpustakaan saja, tetapi juga harus diunggah di website resmi lembaga, sehingga akan lebih dikenal masyarakat dunia. Harus diingat bangsa Indonesia memiliki modal yang sangat besar, yaitu jumlah penutur bahasa Indonesia yang sangat banyak;

6.   Lestarikan bahasa Indonesia dengan mengadakan acara di semua lembaga pendidikan, misalnya pada perayaan Bulan Bahasa, maka semua sekolah di semua jenjang pendidikan mengadakan acara dengan segenap kreativitas masing-masing. Hal ini untuk menumbuhkan dan tetap melestarikan bahasa Indonesia.

7.   Terjemahkan buku-buku referensi berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar terjadi percepatan penguasaan keterampilan dan pengetahuan oleh bangsa Indonesia.

Bahasa adalah identitas bangsa begitu kata pepatah, maka sudah selayaknya kita tunjukkan kepada dunia identitas Bangsa Indonesia melalui karya-karya yang berbahasa Indonesia. Dengan demikian peradaban bangsa Indonesia tidak akan tertinggal dari negara-negara lainya, dan Indonesia siap untuk menyongsong Indonesia emas pada tahun 2045.

Penulis

Penulis adalah guru Bahasa Indonesia dan Alumnn Magister PBSI UNIPMA Madiun

MEMAHAMI CERPEN DAN NOVEL SECARA KOMPREHENSIF

Oleh: Afrilia Eka Prasetyawati, M.Pd


   inspirasipendidikan.com- Hampir semua orang pernah mendengar kata Cerpen dan Novel. Bagi semua siswa mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi tentu pernah belajar dan membaca cerpen maupun novel. Banyak diantara kita yang memiliki hobi membaca cerpen bahkan novel, sehingga rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli terbitan novel terbaru. Meskipun demikian tidak banyak diantara kita yang mampu untuk menulis cerpen apalagi novel dengan sangat baik.

Baiklah untuk memahami lebih jauh tentang karya sastra fiksi ini kita akan membedah pengertian, ciri-ciri dari cerpen dan novel ini, sehingga dari situ dapat kita identifikasi apa perbedaan dan persamaan kedua karya sastra ini. Cerpen adalah singkatan dari Cerita pendek yang merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang singkat padat, dengan unsur cerita berpusat pada satu peristiwa pokok sehingga jumlah dan pengembangan tokoh terbatas, dan keseluruhan ceritanya memberikan kesan tunggal. Inti cerita dalam cerpen adalah konflik batin yang ada pada diri tokoh, atau antar tokoh satu dengan yang lainnya.

Tarigan (1984) memberikan penjelasan ciri-ciri dari cerpen yaitu (1) singkat, padu, (2) memiliki unsur  utama berupa adegan, tokoh dan gerak, (3) bahasanya tajam, sugestiv, dan menarik perhatian, (4) memiliki kesan pengarang tentang kehidupan, (5) menimbulkan efek tunggal dalam pikiran pembaca, (6) mengandung detail dan insiden yang benar-benar terpilih, (7) memiliki pelaku utama yang menonjol dalam cerita, (8) menyajikan kebulatan efek dan kesatuan emosi. Lebih jauh lagi Tarigan mengklasifikasikan Cerpen ini berdasarkan panjangnya yaitu: Cerpen yang pendek dan Cerpen yang panjang. Cerpen yang pendek ditulis kurang lebih 5000 kata, sedangkan Cerpen yang panjang kurang lebih 50 sampai 90 halaman folio diklasifikasikan sebagai novelet. Lebih dari itu disebut novel. Memang jika dibaca dari beberapa referensi, beberapa ahli memiliki kategori sedikit berbeda untuk panjang tulisan dari sebuah Cerpen.

Novel berdasarkan KKBI adalah Menurut KBBI novel adalah buah karangan prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat dari setiap pelaku atau tokoh. Pengertian lainnya novel adalah karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh), luar biasa karena kejadian ini terlahir dari suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib tokoh tersebut. Novel memiliki unsur utama yaitu unsur intrinsic dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang berasal dari dalam novel itu sendiri, seperti yang terkait dengan pengarang, struktur sosial, pembaca, sosial politik, sosial ekonomi, dan sebagainya. Unsur ekstrinsik yang membangun karya sastra bisa berasal dari biografi pengarang, psikologi (psikologi pengarang, psikologi pembaca, psikologi karya sastra), keadaan lingkungan pengarang. Keadaan lingkungan tersebut, bisa dipengaruhi dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Banyak sekali novelis Indonesia yang menghasilkan cerita yang luar biasa, seperti Habiburrahman El Sirazi dengan Ayat-Ayat Cinta, Andrea Hirata yang menulis Laskar Pelangi, Tere Liya yang sudah menulis ratusan judul novel dll. Dari semua karya tersebut jika kit abaca maka akan terlihat jelas sesuai dengan pengertian novel. Karena kompleksitas dari novel inilah maka banyak sekali Film di layar lebar yang terinspirasi diangkat dari hasil cerita dalam Novel. Salah satu yang sudah banyak dikenal di dunia adalah karya JK Rowling yaitu Harry Potter.

Novel tergolong ke dalam jenis karagan prosa baru. Lebih lanjut dijelaskan beberapa ciri dari prosa baru antara lain: (1) prosa baru bersifat dinamis yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakatnya; (2) masyarakatnya sentris, yaitu cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari; (3) bentuknya roman, novel, cerpen, kisah, drama; (4) terutama dipengaruhi kesusastraan barat; dan (5) diketahui siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas.

---------------- 

* Penulis adalah Guru dan Alumni Magister PBSI Unipma Madiun

Jumat, 06 September 2024

BERKACA PADA KESUKSESAN J.K. ROWLING

J.K. Rowling, nama yang tak asing lagi bagi pecinta buku dan film fantasi, memiliki masa kecil yang penuh dengan imajinasi dan tantangan. Lahir dengan nama Joanne Rowling pada tanggal 31 Juli 1965 di Yate, Inggris, ia memiliki seorang adik perempuan bernama Dianne. Sejak kecil, Rowling sudah menunjukkan kecintaannya pada buku dan imajinasinya yang luar biasa. Ia sering menulis cerita-cerita pendek dan bahkan membuat buku pertamanya pada usia enam tahun. Namun, masa kecil Rowling tidak selalu mudah. Pada usia empat tahun, keluarganya pindah ke Winterbourne, Gloucestershire. Di sana, ia bersekolah di Sekolah Dasar St Michael. Saat Rowling berusia sembilan tahun, orang tuanya membeli Church Cottage yang bersejarah di Tutshill. Pada tahun 1990, ibu Rowling meninggal dunia akibat penyakit sklerosis multipel. Kejadian ini sangatlah memukul Rowling, dan ia sempat merasa putus asa.

Kehidupan yang dialaminya juga tidaklah mudah. Rowling menjadi ibu tunggal setelah perceraiannya, dan hidup bersama putrinya dengan kondisi keuangan yang serba kekurangan. Ia bahkan harus menulis di kafe sambil mengasuh anaknya karena tak mampu membeli komputer. Namun, Rowling tak menyerah pada mimpinya. Ia terus menulis naskah Harry Potter di tengah segala keterbatasan. Naskahnya ditolak berkali-kali oleh penerbit, namun ia tak patah semangat. Akhirnya, pada tahun 1997, Bloomsbury menerbitkan buku pertamanya, Harry Potter dan Batu Bertuah. Buku ini menjadi fenomena global, dan mengantarkan Rowling menjadi salah satu penulis terkaya di dunia. Beberapa serial buku Harry Potter juga teah di filmkan yang membuat J.K Rowling semakin terkenal dan lebih produktif lagi dalam menghasilkan karya tulisnya. Beberapa buku sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk ke dalam Bahasa Indonesia. antara lain:

Seri Harry Potter:

  • Harry Potter dan Batu Bertuah (1997) 
  • Harry Potter dan Kamar Rahasia (1998)
  • Harry Potter dan Tawanan Azkaban (1999)
  • Harry Potter dan Piala Api (2000)
  • Harry Potter dan Orde Phoenix (2003)
  • Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran (2005)
  • Harry Potter dan Relikui Kematian (2007)
  • Hewan-hewan Fantastis dan Di Mana Menemukannya (2001)
  • Quidditch dari Masa ke Masa (2001)
  • The Tales of Beedle the Bard (2008)
  • The Casual Vacancy (2012) (di bawah nama samaran Robert Galbraith)
  • The Cuckoo's Calling (2013) (di bawah nama samaran Robert Galbraith)
  • Silkworm (2014) (di bawah nama samaran Robert Galbraith)
  • Career of Evil (2015) (di bawah nama samaran Robert Galbraith)
  • Lethal White (2018) (di bawah nama samaran Robert Galbraith)
  • Trouble in Blood (2020) (di bawah nama samaran Robert Galbraith)
  • The Ickabog (2020)
  • The Christmas Pig (2021)
  • Very Good Lives: Three Short Stories (2015)
  • Kika and the Witch's Kick (2022)
Buku-Buku Lainnya:

Berdasarkan cerita singkat tentang J.K Rowling ini, memberikan inspirasi kepada kita untuk pantang menyerah. Sebagai penulis ketika ditolak penerbit berkali-kali, maka tulislah lagi agar lebih produktif. Ketekunan dan kerja keras menjadi pendorong agar tulisan-tulisan atau karya tulis dapat menjadi sumber inspirasi bagi pembacanya. Kreativitas dan imajinasi perlu dikembangkan dan dilatih, selanjutnya berbekal kreativitas dan imajinasi tersebut, akan dapat menghasilkan karya tulis yang berbeda dengan yang lain. Kisah J.K. Rowling adalah bukti bahwa keajaiban bisa terjadi bila kita percaya pada diri sendiri dan tidak pernah berhenti berusaha.

Buku-Buku Non Fiksi:
Apa yang menjadi kunci keberhasilan dari J.K Rowling sehingga bisa menjadi penulis berkelas internasional dan menghasilkan pundi-pundi yang luar biasa dengan menekuni profesi sebagai penulis? Berikut hal-hal positif yang dapat kita adopsi jika ingin menjadi seorang penulis sukses:
Ketekunan dan Disiplin: Rowling tidak pernah menyerah pada mimpinya untuk menjadi penulis. Meskipun ditolak berkali-kali oleh penerbit, ia terus menulis dan menyempurnakan karyanya. Ia juga memiliki disiplin yang tinggi dalam menulis, dan selalu berusaha untuk menyelesaikan targetnya.
Kreativitas dan Imajinasi: Rowling memiliki imajinasi yang luar biasa, yang ia tuangkan dalam cerita-ceritanya yang menarik dan penuh dengan keajaiban. Ia mampu menciptakan dunia yang unik dan karakter yang disukai oleh banyak orang.

Etos Kerja yang Kuat: Rowling dikenal sebagai penulis yang sangat pekerja keras. Ia menghabiskan banyak waktu untuk menulis dan menyempurnakan karyanya. Ia juga sering bangun pagi dan menulis di kafe sebelum mengantar putrinya ke sekolah.

Kemampuan Bercerita yang Baik: Rowling adalah seorang pendongeng yang ulung. Ia mampu menceritakan kisahnya dengan cara yang menarik dan memikat para pembacanya. Ia juga pandai dalam membangun plot dan karakter yang kompleks.

Semangat untuk Belajar: Rowling selalu ingin belajar dan meningkatkan kemampuannya sebagai penulis. Ia sering mengikuti kelas menulis dan membaca buku-buku tentang penulisan.

Dukungan Orang Terdekat: Rowling beruntung memiliki orang-orang terdekat yang selalu mendukungnya. Ibunya dan putrinya selalu mendorongnya untuk terus berkarya dan tidak menyerah pada mimpinya.

Keberanian untuk Mengambil Risiko: Rowling berani untuk mengambil risiko dengan menerbitkan bukunya secara swadaya setelah ditolak oleh banyak penerbit. Keputusannya ini terbukti tepat, dan bukunya akhirnya menjadi fenomena global.
Rasa Syukur dan Kedermawanan: Rowling selalu bersyukur atas kesuksesannya. Ia telah menyumbangkan banyak uang untuk berbagai kegiatan amal, termasuk untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung.



Senin, 29 Juli 2024

BERSATU MELAWAN WABAH JUDI ONLINE DI KALANGAN PELAJAR

 Oleh: Afrilia EkaPrasetyawati, M.Pd

        Judi online atau Judi Daring akhir-akhir ini menjadi topik hangat dalam perbincangan di media sosial, media mainstream maupun di kalangan masyarakat. Beberapa kasus kriminal yang terjadi sebagian berawal dari keterlibatan pelakunya dalam judi online. Ratusan milyar uang melayang di meja judi online ini, dan kebanyakan pelakunya dan yang menjadi korban adalah mereka yang status ekonominya menengah ke bawah. Hal ini tentu sangat disayangkan karena bisa berdampak pada angka kemiskinan yang akan semakin meningkat, belum lagi dampak sosial yang ditimbulkannya.

Menanggapi banyaknya kasus judi online yang meresahkan masyarakat dan masa depan bangsa ini, Presiden Joko Widodo kemudian membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Judi Online dengan payung hukum Kepres nomor 21 tahun 2024. Dibawah kendali Menkopolhukan, Bapak Hadi Tjahjanto, satgas kemudian menelisik dan menemukan data yang mencengangkan yaitu setelah dipetakan ternyata masyarakat Indonesia yang terlibat dalam judi online ini berkisar 2,37 Juta penduduk. Sebuah angka yang fantastis apalagi di negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama yang melarang perbuatan judi atau mengundi nasib. Lebih rinci menteri Hadi Tjahjanto menjelaskan sebagaimana dilangsir kompas.com bahwa diantara jumlah tersebut terdapat 2 % anak dibawah 10 tahun, anak usia 10 sampai 20 tahun sebesar 11 % atau sekitar 440.000. Usia 21 tahun sampai 30 tahun sebanyak 13% atau sekitar 520.000 penduduk. Usia 30-50 tahun sebanyak 40% atau 1.640.000 dan usia di atas 50 tahun sebanyak 34 % atau 1.350.000 penduduk.

Terkait dengan keterlibatan anak dalam judi online ini juga ditegaskan oleh komisioner PPAI, Sylvana Maria Apituly bahwa ditemukan data sebanyak 80.000 anak terlibat judi online. Angka ini sebesar 0,1 % dari jumlah anak Indonesia sebesar 80 juta anak. Kemudian yang harus kita renungkan adalah bukankah anak-anak itu masih di usia sekolah? maka sudah pasti bisa disimpulkan bahwa sebagian pelajar di Indonesia juga terlibat dalam judi online ini. hanya saja riset yang fokus kepada pelajar yang terlibat judi online belum banyak atau bahkan belum pernah dilaksanakan. Hanya sekedar persepsi saja. Kendati demikian data KPAI ini menjadi warning bagi para pendidik, praktisi pendidikan dan pemegang kebijakan pendidikan untuk bisa mencegah dan memberantas pelajar yang terlibat serta merehabilitasi mereka sehingga bisa kembali fokus pada pendidikannya.

Dampak yang bisa terjadi karena keterlibatan anak/ pelajar dalam judi online bisa bermacam-macam. Seperti dampak psikologis yang serius dan berkepanjangan, antara lain: 1) Kecemasan dan depresi akibat ketidak pastian hasil dalam perjudian dan kegagalannya dalam perjudian. 2) Perubahan perilaku, kadang anak beruah menjadi impulsive, agresif, sulit konsentrasi dan menjauhkan diri dari teman dan keluarganya. 3) Bagi yang kecanduan judi online seringkali mengalami gangguan insomnia atau sulit untuk tidur. 4) Penurunan prestasi akademik. Hal ini karena fokusnya pada keinginan untuk mendapatkan uang yang banyak dengan cara singkat, buka lagi untuk belajar dan mendapatkan kesempatan lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus pendidikannya.

Dampak yang dipaparkan di atas, belum termasuk dampak sosial, dampak ekonomi, dll. Sekarang mari kita analisis apa yang menjadi penyebab para pelajar ini terlibat dalam judi online ini. Menurut penulis keterlibatan para pelajar ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) Mudahnya anak/pelajar mendapat akses judi online di internet. Hal ini diperparah lagi dengan iklan terselubung melalui media sosial, keterlibatan oknum selebgram yang mengiklankan judi online, dll. Karena itu upaya pencegahan untuk memblokir situs dan media online yang terlibat harus terus dilakukan oleh pemerintah, begitu juga dengan penegakan hukumnya. 2) Iklan yang menarik bagi anak/pelajar. Kerapkali judi online disamarkan dalam game online. Sehingga pada awalnya anak merasa bahwa yang dilakukan adalah game saja, tetapi ternyata itu adalah modus operandi dari Bandar judi online. 3) Kurangnya pengawasan orang tua. Tidak bisa dipungkiri bahwa gadget/ handphone saat ini sudah dimiliki sebagian besar bahkan mungkin semua pelajar di Indonesia. Mereka bisa menggunakannya untuk kegiatan pembelajaran daring, akses materi pelajaran dan lain-lain. Tetapi dampak negatifnya juga ada, salah satunya adalah kemudahan akses pada situs judi online. Karena itu orang tua juga harus ekstra dalam mengawasi penggunaan gadget anak-anaknya. 4) Pengaruh dari teman sebaya. Jika ada temannya yang sudah terlibat judi online, maka akan sangat memungkinkan untuk mengajak teman-temannya. Lagi-lagi orang tua juga harus mengenali dan mengetahui dengan siapa saja anaknya bergaul di sekolah maupun di luar sekolah.

Berdasarkan analisis penyebab dan dampak judi online di atas, sekolah harus segera bertindak agar wabah judi  ini tidak terus menyebar dan menyasar para pelajar. Diantaranya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

  • Edukasi tentang Bahaya Judi Online: Sekolah dapat Melaksanakan kegiatan penyuluhan atau seminar tentang bahaya judi online, dampaknya terhadap kesehatan mental, dan cara mencegahnya. Mengintegrasikan materi tentang pencegahan judi online ke dalam kurikulum, terutama pada mata pelajaran seperti pendidikan kewarganegaraan atau BK.
  • Deteksi Dini: sekolah melakukan observasi terhadap perubahan perilaku siswa, seperti penurunan prestasi, perubahan suasana hati yang drastis, atau isolasi sosial. Memberikan perhatian khusus pada siswa yang sering membawa uang dalam jumlah besar ke sekolah. Bidang kesiswaan, wali kelas, dan guru BK yang paling bertanggung jawab dan memiliki kewenangan tersebut.
  • Kerjasama dengan Orang Tua: Sekolah membangun komunikasi yang baik dengan orang tua untuk memantau aktivitas anak di rumah. Mengadakan pertemuan orang tua untuk membahas masalah ini dan memberikan tips-tips mengatasi masalah judi online.
  • Membangun Lingkungan Sekolah yang Positif: Hal ini bisa diakukan dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendukung. Memberikan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang positif untuk menyalurkan minat dan bakat siswa.
  • Meningkatkan Literasi Digital: Mengajarkan siswa cara menggunakan internet secara aman dan bertanggung jawab. Memberikan pengetahuan tentang cara mengenali dan menghindari konten yang berbahaya di internet.
Menegaskan langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah tersebut, maka sekolah dapat kembali pada pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didiknya. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan memiliki nilai-nilai positif. Nilai-nilai inilah yang menjadi benteng pertahanan terhadap godaan untuk terlibat dalam aktivitas yang merugikan diri sendiri dan orang lain, seperti judi online.  Selain itu karena pendidikan karakter akan dapat membentuk nilai-nilai moral yang kuat dilandasi ajaran agama untuk mencegah anak pelajar terjerat dalam judi online. Pendidikan karakter juga akan membentuk anak sadar akan konsekuensi terhadap apa yang dilakukan, baik dan buruknya suatu tindakan akan kembali kepada dirinya sendiri.

Harus disadari bahwa seiring berkembangnya teknologi informasi ini, maka peran orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah khususnya dalam pencegahan dan pemberantasan judi online yang menyasar pelajar di Indonesia harus terus ditingkatkan. Pelajar-pelajar ini adalah calon pemimpin masa depan. Maka sudah mejadi kewajiban bersama untuk menghindarkan mereka dari hal-hal yang merugikan dirinya sendiri, lingkungannya dan untuk masa depan negeri ini. Pemerintah tidak boleh kalah dengan Bandar judi online. Pendidikan harus bisa mencegah dan membersihkan noda judi online yang sudah mulai merembes pada para pelajar. Tanggung jawab dan kerjasama antar lembaga pemerintahan, LSM, Organisasi kemasyarakatan, dll yang didukung dengan penegakan hukum yang adil dan tegas akan menjadi cara yang ampuh untuk mengamputasi wabah judi online dari pelajar dan masyarakat Indonesia. (Hary, 29/7/2024)

-------- 

* Penulis adalah pemerhati bidang pendidikan


Rabu, 24 Juli 2024

MENELADANI SIKAP KENEGARAWANAN DARI BUNG HATTA

 Oleh: Hariyanto

Sahabat inspirasi pendidikan, kali ini kami akan berbagi inspirasi dari kisah seorang proklamator Indonesia, Mohammad Hatta, yang akrab disapa Bung Hatta. Beliau lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 12 Agustus 1902. Sejak kecil, beliau dididik dalam lingkungan keluarga yang taat beragama dan cinta tanah air. Hatta muda menunjukkan kecerdasan dan kegigihannya dalam belajar.

Pada tahun 1916, Hatta melanjutkan pendidikannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) di Padang. Di sanalah ia mulai aktif dalam pergerakan pemuda dan mendirikan organisasi Jong Sumatranen Bond. Pada tahun 1921, Hatta mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Belanda. Di Negeri Belanda, beliau aktif dalam organisasi Perhimpunan Hindia (PI) dan menerbitkan majalah "Indonesia" yang kritis terhadap kolonialisme Belanda.

Hatta meraih gelar Doctor in de Staatswetenschappen (Doktor Ilmu Pengetahuan Negara) dari Universitas Erasmus Rotterdam pada tahun 1932. Disertasinya yang berjudul "De Volkenrechtkundige Positie van West-Nieuw Guinea (Kedudukan Hukum Internasional Irian Barat)" menjadi rujukan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 1932, Hatta semakin aktif dalam pergerakan kemerdekaan. Bersama tokoh-tokoh nasional lainnya seperti Soekarno, beliau mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927. Hatta juga aktif dalam berbagai organisasi pergerakan lainnya, seperti Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) dan Volksraad (Dewan Rakyat). Beliau dikenal sebagai orator ulung dan pemikir yang cerdas, dan pemikirannya tentang ekonomi kerakyatan dan koperasi sangat berpengaruh pada perkembangan bangsa.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, bersama Mohammad Soekarno, Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Beliau kemudian ditunjuk sebagai Wakil Presiden pertama Indonesia dalam Kabinet Indonesia Merdeka. Selama masa jabatannya sebagai Wakil Presiden, Hatta memainkan peran penting dalam berbagai bidang, termasuk:
  • Perundingan Kemerdekaan: Hatta berunding dengan Belanda dalam berbagai perundingan penting, seperti Konferensi Meja Bundar tahun 1949, yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia.
  • Pembangunan Ekonomi: Hatta merumuskan berbagai kebijakan ekonomi untuk membangun Indonesia yang sejahtera, seperti sistem ekonomi kerakyatan dan koperasi.
  • Politik Luar Negeri: Hatta aktif dalam politik luar negeri dan memperjuangkan kemerdekaan negara-negara lain di Asia Afrika.

Sikap Kenegarawanan

Salah satu aspek yang paling menonjol dari kepribadian Hatta adalah sikapnya yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kenegarawanan. Sebagai seorang negarawan, Hatta selalu menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Ia memiliki visi yang jelas tentang arah pembangunan Indonesia dan selalu berusaha untuk mewujudkannya dengan cara-cara yang bijaksana dan penuh tanggung jawab.

Hatta adalah sosok yang sangat sederhana dan rendah hati. Meskipun menduduki posisi penting dalam pemerintahan, ia tidak pernah memamerkan kekuasaannya atau bersikap sombong. Sebaliknya, ia selalu bersikap terbuka dan mudah bergaul dengan rakyat. Hatta juga dikenal sebagai seorang yang sangat disiplin dan konsisten dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil presiden.

Salah satu contoh nyata dari sikap kenegarawanan Hatta adalah ketika ia menolak untuk menjadi presiden setelah Soekarno lengser pada tahun 1966. Pada saat itu, Hatta menyadari bahwa kondisi negara sedang mengalami krisis yang sangat berat, dan ia merasa bahwa dirinya tidak lagi memiliki kapasitas yang cukup untuk memimpin negara. Alih-alih mempertahankan kekuasaannya, Hatta justru memilih untuk mundur dan memberikan kesempatan kepada generasi baru untuk memimpin Indonesia.

Sikap Hatta yang menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi ini sangat patut untuk diteladani oleh generasi muda Indonesia saat ini. Di tengah maraknya praktik korupsi dan nepotisme di kalangan elit politik, sikap Hatta yang jujur, sederhana, dan berintegritas tinggi menjadi cermin bagi para pemimpin masa kini untuk kembali menjunjung tinggi nilai-nilai kenegarawanan.

Selain itu, Hatta juga dikenal sebagai seorang pemikir yang visioner dan progresif. Ia memiliki gagasan-gagasan yang jauh melampaui zamannya, terutama dalam bidang ekonomi. Hatta adalah salah satu arsitek ekonomi kerakyatan yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utama pembangunan ekonomi Indonesia. Ia menentang keras kapitalisme dan imperialisme ekonomi yang dianggap merugikan kepentingan rakyat.

Dalam bidang politik, Hatta juga dikenal sebagai seorang demokrat sejati. Ia memperjuangkan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang paling sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Hatta percaya bahwa demokrasi dapat menjadi sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan negara.

Pengunduran Diri Sebagai Wakil Presiden

Sejarah Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran dua tokoh penting yang menjadi arsitek kemerdekaan negara ini, yaitu Mohammad Hatta dan Soekarno. Meskipun keduanya memiliki visi dan pendekatan yang berbeda dalam memimpin, hubungan antara Hatta dan Soekarno telah melalui pasang surut yang menarik untuk dicermati. Masa Awal Kemerdekaan dan Kerja Sama Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Hatta dan Soekarno bekerja sama erat dalam membangun fondasi negara baru ini. Sebagai Wakil Presiden, Hatta berperan penting dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang diperjuangkan oleh Soekarno sebagai Presiden. Keduanya saling melengkapi, dengan Hatta yang lebih berfokus pada pembangunan ekonomi dan tata kelola pemerintahan, sementara Soekarno menjadi sosok yang karismatik dan mampu memobilisasi massa.

Meskipun pada awalnya bekerja sama dengan baik, perbedaan pandangan dan ideologi antara Hatta dan Soekarno mulai muncul ke permukaan seiring dengan perkembangan situasi politik di Indonesia. Hatta, yang lebih moderat dan pragmatis, mulai merasa khawatir dengan kecenderungan Soekarno yang semakin otoriter dan cenderung ke kiri. Sementara itu, Soekarno melihat Hatta sebagai sosok yang terlalu konservatif dan tidak sejalan dengan perjuangan revolusioner.

Pengunduran Diri dari Wakil Presiden Puncak dari perbedaan pandangan antara Hatta dan Soekarno terjadi pada tahun 1956, ketika Hatta memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden. Hatta merasa bahwa posisinya semakin terpinggirkan dan tidak lagi memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan penting. Ia juga menilai bahwa Soekarno semakin menjauh dari prinsip-prinsip demokrasi dan cenderung mengarah ke sistem pemerintahan yang otoriter.

Dampak Pengunduran Diri Hatta Keputusan Hatta untuk mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden memiliki dampak yang sangat signifikan bagi perkembangan politik Indonesia. Kepergian Hatta dari panggung politik nasional meninggalkan kekosongan yang sulit diisi, terutama dalam hal kepemimpinan yang moderat dan pragmatis. Soekarno, yang kini menjadi satu-satunya pemimpin utama, semakin leluasa dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang cenderung otoriter dan ideologis.

Refleksi dan Pembelajaran Hubungan antara Hatta dan Soekarno, dengan segala dinamikanya, menjadi cermin bagi kita untuk memahami pentingnya menjaga keseimbangan dan saling menghargai dalam kepemimpinan nasional. Perbedaan pandangan dan ideologi memang tidak dapat dihindari, namun hal tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan perpecahan yang merugikan bagi bangsa. Pembelajaran yang dapat kita ambil dari kisah Hatta dan Soekarno adalah pentingnya menjaga kompromi, dialog, dan komitmen bersama dalam membangun Indonesia yang lebih baik.

Mohammad Hatta wafat di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Beliau dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berjasa besar dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membangun bangsa. Pemikiran dan karya Mohammad Hatta masih relevan hingga saat ini. Beliau adalah sosok yang visioner, cerdas, dan berintegritas tinggi. Semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan, keadilan sosial, dan demokrasi patut diteladani oleh generasi muda Indonesia.

Meneladani sikap kenegarawanan Hatta menjadi sangat penting bagi generasi muda Indonesia saat ini. Di tengah berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh bangsa, kehadiran sosok-sosok teladan seperti Hatta dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin masa depan


Selasa, 23 Juli 2024

BUYA HAMKA; ULAMA, CENDEKIAWAN, DAN SASTRAWAN YANG CINTA TANAH AIR

Buya Hamka
Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang populer dengan nama Buya Hamka, adalah seorang ulama, filsuf, dan sastrawan terkemuka Indonesia. Lahir di Sungai Batang, Agam, Sumatera Barat, pada tanggal 17 Februari 1908, Buya Hamka dikenal sebagai sosok multitalenta yang berkontribusi besar dalam berbagai bidang, termasuk agama, pendidikan, dan kesusastraan. 

Sejak kecil, Buya Hamka telah dididik dalam lingkungan keluarga yang religius. Ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul), merupakan seorang ulama besar dan pelopor Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau. Buya Hamka tidak mengenyam pendidikan formal secara teratur. Namun, beliau memiliki semangat belajar yang tinggi dan banyak membaca buku-buku agama, filsafat, dan sastra. Beliau juga pernah berguru kepada beberapa ulama ternama di Minangkabau, seperti Syekh Abdullah Batuah dan Syekh Muhammad Jamil Jambek.

Buya Hamka memulai karirnya sebagai jurnalis di berbagai surat kabar dan majalah, seperti Soeara Oemoem, Fajar Asia, dan Pedoman Masyarakat. Tulisan-tulisannya yang tajam dan penuh semangat mencerminkan pemikiran Islam yang moderat dan kritis terhadap penjajahan Belanda. Pada tahun 1937, Buya Hamka mendirikan Majalah Pembela Islam, yang menjadi salah satu media massa Islam paling berpengaruh di Indonesia. Beliau juga aktif dalam berbagai organisasi Islam, seperti Muhammadiyah dan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Inilah cara-cara Buya Hamka dalam melawan penjajahan Belanda, perjuangan dengan tinta dan mencerdaskan Bangsa. Tak jarang ketajaman dakwahnya dan kekritisannya terhadap pemerintah Belanda maupun ketika Indonesia sudah merdeka membuatnya terancam dan menjadikan hubunganya tidak harmonis dengan pemerintah. Misalnya, pada masa Orde Lama, beliau ditangkap dan dipenjarakan oleh Presiden Soekarno atas tuduhan subversif kepada pemerintah. Beliau ditangkap pada tanggal 27 Januari 1964 dan ditahan selama dua tahun empat bulan, tanpa melalui proses pengadilan yang adil.

Meskipun dipenjara, Buya Hamka tetap semangat dan produktif. Beliau menggunakan waktunya di penjara untuk menulis dan menyelesaikan beberapa karyanya, termasuk Tafsir Al-Azhar. Beliau juga tetap memberikan pengajaran agama dan moral kepada para tahanan lainnya. Penahanan Buya Hamka merupakan salah satu contoh pelanggaran hak asasi manusia pada masa Orde Lama. Kejadian ini menunjukkan bagaimana pemerintah Orde Lama menggunakan kekuasaannya untuk membungkam suara-suara kritis, termasuk suara Buya Hamka yang merupakan ulama dan cendekiawan ternama. Beliau dibebaskan pada tanggal 24 Agustus 1966.

Buya Hamka menghasilkan banyak karya tulis, termasuk novel, cerpen, tafsir Al-Quran, artikel, dan buku-buku agama. Beberapa karyanya yang paling terkenal antara lain Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Manikebu, dan Tafsir Al-Azhar. Karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dibaca oleh jutaan orang di seluruh dunia. Buya Hamka menghasilkan karya-karyanya yang luar biasa dengan menggabungkan berbagai faktor, seperti kebiasaan membaca, pengalaman hidup, kemampuan menulis yang luar biasa, disiplin, kegigihan, dan berbagai sumber inspirasi lainnya. Beliau menjadi teladan bagi para penulis dan generasi muda untuk terus berkarya dan menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat. (Hary, 23/7/2024)


Minggu, 21 Juli 2024

MEMANDU PESERTA DIDIK MENUJU KEMANDIRIAN BERPIKIR KRITIS

Oleh: Dr. Hariyanto, M.Pd*

Era digital saat ini membuat peserta didik dihadapkan dengan informasi yang berlimpah dari berbagai sumber. Informasi tersebut dapat berupa berita, artikel, opini, iklan, dan lain sebagainya. Tidak semua informasi tersebut akurat dan dapat dipercaya. Banyaknya orang yang tidak bijak menggunakan informasi yang diperoleh dari media sosial, kerap kali harus tersandung masalah hukum karena pelanggaran terhadap UU nomor 1 tahun 2024 tentang perubahan kedua atas UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pengembangan kompetensi berpikir kritis pada peserta didik adalah investasi untuk masa depan mereka. Dengan kemampuan ini, mereka akan menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan mampu berkontribusi secara positif bagi masyarakat.

Kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik, memiliki manfaat yang besar. Manfaat yang dapat diperoleh misalnya: 1) Peserta didik mampu menyaring informasi yang akurat dan relevan. Dengan bekal kemampuan ini, peserta didik dapat belajar memilah dan memilih informasi yang tepat dan bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekitarnya. Peserta didik juga akan dapat terhindar dari informasi hoax, yang menyesatkan dan berbahaya. 2) Peserta didik dapat belajar membuat keputusan yang tepat dalam kehidupan mereka. 3) Peserta didik akan aktif dalam masyarakat sebagai warga negara yang kritis dan bertanggung jawab.4) Peserta didik yang kemampuan berpikirnya terasah dengan baik, ketika sudah lulus sekolah dan berada dalam dunia kerja akan dapat belajar dengan cepat dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, mampu memecahkan masalah secara kreatif dan inovatif, bekerjasama dengan orang lain secara efektif dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan persuasif.

Pentingnya kemampuan berpikir kritis sebagaimana dipaparkan di atas, mengharuskan sekolah untuk lebih maksimal mengasahnya. Tentu saja hal ini dimulai dari proses belajar mengajar di kelas, ketika berinteraksi dengan teman sebaya  dan dengan gurunya. Sayangnya, dalam beberapa kasus sering kita jumpai justru oknum gurulah yang memadamkan semangat berpikir kritis dari peserta didik. Misalnya ketika peserta didik bertanya di luar konteks pembelajaran yang dibahas, maka peserta didik mendapatkan tanggapan yang tidak menyenangkan dari guru, atau ketika peserta didik bertanya karena kurang paham terhadap materi yang disampaikan, maka guru menggunakan bahasa tubuh yang kurang mengenakkan atau dengan tanggapan “hal yang mudah saja ditanyakan,” “bodoh amat sih gini saja tidak tahu,” “kamu itu dengerin pakai telinga donk jangan pakai dengkul” dan lain-lain. Ungkapan yang negative ini sesungguhnya merupakan pendangkalan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik dan lambat laun mereka pun akan mati kekritisannya.

Keterampilan berpikir kritis sebagai sebuah keterampilan di abad ini perlu ditingkatkan. Berbagai macam strategi perlu diterapkan tidak hanya oleh guru di sekolah, tetapi juga oleh orang tua. Strategi yang dapat digunakan antara lain:

1)    Menanamkan budaya berpikir kritis; budaya berpikir kritis ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan dan penghargaan kepada peserta didik yang berani untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya di kelas. Guru juga dapat mendorong peserta didik untuk selalu mempertanyakan informasi yang mereka terima dan mencari jawabannya sendiri. Sebagai sebuah pendapat, guru harus tetap menghargai pendapat siswa meskipun pendapat tersebut berbeda dengan pendapat siswa lainnya. Karena disinilah lingkugan belajar yang aman dan nyaman dalam berdiskusi dan bertukar pikiran akan terbangun.

2)    Membiasakan peserta didik dengan proses berpikir kritis; Ajarkan peserta didik tentang langkah-langkah berpikir kritis, seperti identifikasi masalah, analisis informasi, evaluasi argumen, dan pembentukan kesimpulan. Berikan contoh-contoh bagaimana cara berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari. Gunakan berbagai metode pembelajaran, seperti diskusi, debat, pemecahan masalah, dan proyek.

3)    Memberikan kesempatan untuk berlatih berpikir kritis; Caranya dengan memberikan tugas-tugas yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis, seperti menganalisis artikel berita, mengevaluasi iklan, dan memecahkan masalah. Libatkan peserta didik dalam kegiatan yang mendorong mereka untuk bekerja sama dan bertukar pikiran, seperti simulasi, permainan peran, dan proyek kelompok. Berikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik tentang bagaimana mereka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka.

4)     Memanfaatkan teknologi; Guru dapat menggunakan teknologi untuk membantu peserta didik belajar tentang berpikir kritis, seperti permainan edukasi, simulasi, dan aplikasi pembelajaran. Dorong peserta didik untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang kredibel dan terpercaya. Ajarkan peserta didik bagaimana cara mengevaluasi informasi yang mereka temukan di internet.

5)    Dalam pembelajaran di kelas, guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan cara memberikan peserta didik kesempatan untuk memecahkan masalah yang nyata dan kompleks.

6)    Guru juga dapat melaksanakan pembelajaran kolaboratif, mendorong peserta didik untuk berdiskusi dan bertukar ide dengan orang lain.

7)    Memberikan Contoh dan Teladan; Guru dan orang tua harus menjadi teladan bagi peserta didik dalam hal berpikir kritis. Tunjukkan kepada peserta didik bagaimana cara Anda berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari. Berikan contoh bagaimana cara Anda mengevaluasi informasi dan membuat keputusan.

8)    Orang tua mendorong anak untuk selalu mempertanyakan informasi yang mereka terima dan mencari jawabannya sendiri. Budaya untuk berpikir kritis dalam lingkup keluarga yang berpola asuh demokratis akan cepat tumbuh subur.

9)    Orang tua mengajak anak untuk berdiskusi tentang berbagai hal, berikan mereka tugas-tugas yang menantang, dan dorong mereka untuk mencari solusi kreatif.

10)  Jadilah orang tua yang menjadi pendengar yang baik atas ide dan gagasan anak tanpa harus selalu menghakimi, berikan apresiasi dan penghargaan kepada anak yang menunjukkan kemampuan kritisnya di rumah.

11)  Orang tua dapat membiasakan anak dengan berbagai sumber informasi: Ajak anak untuk membaca buku, menonton film dokumenter, dan mengunjungi museum. Membuat aturan dengan kesepakatan bersama tentang penggunaan gadget sehingga anak tidak hanyut dalam pusaran negative dari penggunaan gadget yang berlebihan yang akan berdampak pada kompetensi dan prestasinya.

Bagi seorang pendidik, untuk mengimplementasikan strategi tersebut di atas, maka guru harus memainkan perannya dengan baik, yaitu:

1)   Sebagai Fasilitator, sebagai seorang fasilitator guru harus mampu:

  1. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk berpikir kritis, yaitu lingkungan yang aman, terbuka, dan menghargai perbedaan pendapat.
  2. Memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, seperti diskusi, debat, pemecahan masalah, dan proyek.
  3. Memberikan panduan dan arahan kepada peserta didik dalam proses berpikir kritis, seperti cara mengidentifikasi masalah, menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan menarik kesimpulan.

2)    Sebagai Motivator, yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Memotivasi peserta didik untuk selalu ingin tahu dan mencari informasi.
  2. Membangun rasa percaya diri pada peserta didik untuk berani mengungkapkan pendapat dan ide mereka.
  3. Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang menunjukkan kemajuan dalam kemampuan berpikir kritis mereka.

3)      Sebagai Model, guru harus membiasakan melakukan hal-hal berikut:

  1. Menunjukkan contoh bagaimana cara berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Membiasakan diri untuk berpikir kritis dalam proses pembelajaran dan pengambilan keputusan.
  3. Terbuka terhadap kritik dan saran dari peserta didik.

4)      Sebagai Penilai, yang harus dilakukan guru yaitu:

  1. Mengevaluasi kemampuan berpikir kritis peserta didik secara berkala.
  2. Memberikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik tentang bagaimana mereka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka.
  3. Membuat laporan tentang perkembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik kepada orang tua.

Memainkan peran bagi guru dan orang tua dan megimplementasikan berbagai strategi di atas tidaklah semudah teori. Karena pada selalu ada kendala dan tantangan yang bisa menjadi penghalang dalam mengimplementasikan peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Adapun tantangan dan kedala yang dimaksud yaitu:

1)  Kurangnya pemahaman tentang berpikir kritis, Banyak orang yang belum memahami apa itu berpikir kritis dan bagaimana cara mengembangkannya. Hal ini berdapak pada kurangnya komitmen dari berbagai pihak untuk mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis.

2)  Kurikulum dan Pembelajaran yang Tidak Mendukung. Implementasi kurikulum di banyak sekolah masih berfokus pada menghafal dan mengulang informasi, daripada mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Begitu juga metode pembelajaran yang digunakan di kelas tidak selalu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis.

3) Kurangnya Sumber Daya. Sekolah seringkali kekurangan sumber daya untuk mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis, seperti guru yang terlatih, buku-buku, dan teknologi. Orang tua juga mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk membantu anak mereka mengembangkan kemampuan berpikir kritis di rumah.

4)   Kebiasaan Berpikir yang tidak tepat. Peserta didik terbiasa berpikir instan dan menerima informasi tanpa mempertanyakannya. Mereka tidak terbiasa untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan membentuk kesimpulan sendiri.

5)   Budaya yang tidak mendukung. Masyarakat pada umumnya tidak menghargai kemampuan berpikir kritis. Orang tua dan guru mungkin tidak mendorong peserta didik untuk berpikir kritis karena takut mereka akan menantang otoritas.

 Solusi dari tantangan dan kendala sebagaimana dipaparkan sebelumya yaitu:

1)   Meningkatkan pemahaman tentang berpikir kritis: Perlu dilakukan kampanye edukasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang berpikir kritis dan pentingnya mengembangkan kemampuan ini.

2)    Mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang mendukung: Kurikulum dan metode pembelajaran perlu diubah agar lebih fokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis.

3)    Menyediakan sumber daya: Pemerintah, sekolah, dan organisasi lain perlu menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis, seperti guru yang terlatih, buku-buku, dan teknologi.

4)    Membiasakan peserta didik dengan kebiasaan berpikir kritis: Peserta didik perlu dibiasakan untuk berpikir kritis sejak usia dini melalui berbagai kegiatan, seperti diskusi, debat, dan pemecahan masalah.

5)     Menciptakan budaya yang mendukung: Perlu diciptakan budaya yang menghargai kemampuan berpikir kritis dan mendorong orang untuk selalu berpikir kritis.

Meningkatkan kompetensi berpikir kritis pada peserta didik adalah tantangan yang besar. Namun, dengan strategi yang tepat dan komitmen dari semua pihak, tantangan ini dapat diatasi. Pengembangan kemampuan berpikir kritis adalah investasi untuk masa depan, dan semua peserta didik berhak untuk mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan ini. Karena itu tanggung jawab dan tugas bersama antara sekolah atau guru, orang tua, dan masyarakat, utamanya pemangku kepentingan untuk bersama-sama mendorong implementasi keterampilan berpikir kritis bagi peserta didik.

------------
*Penulis adalah pemerhati bidang pendidikan