Afrilia Eka Prasetyawati, M.Pd (Penulis) |
Gurindam
adalah salah satu jenis puisi lama yang berasal dari Melayu. Gurindam terdiri
dari dua baris dalam setiap baitnya, dengan rima yang sama (AA, BB, CC, dst).
Gurindam biasanya berisi nasihat, petuah, atau ajaran moral.
Istilah "gurindam" berasal dari bahasa Sanskerta
"kirindam" yang berarti "perumpamaan". Gurindam pertama
kali muncul di Riau pada abad ke-16 dan berkembang pesat di abad ke-19.
Ciri-ciri gurindam:
- Terdiri dari dua baris dalam setiap baitnya.
- Memiliki rima yang sama (AA,
BB, CC, dst).
- Berisi nasihat, petuah, atau
ajaran moral.
- Baris pertama (syarat) berisi
masalah atau perjanjian.
- Baris kedua (akibat) berisi jawaban atau penyelesaian
dari masalah tersebut.
Menyusun
Gurindam yang Baik
Berikut adalah beberapa tips untuk
menyusun gurindam yang baik:
- Tentukan tema gurindam. Tema gurindam bisa apa saja,
seperti nasihat tentang kehidupan, pendidikan, agama, dan sebagainya.
- Gunakan bahasa yang jelas dan
mudah dipahami.
Hindari menggunakan bahasa yang terlalu rumit atau berbunga-bunga.
- Gunakan rima yang tepat. Rima yang tepat akan membuat
gurindam lebih indah dan mudah diingat.
- Gunakan majas atau kata kiasan. Penggunaan majas atau kata
kiasan akan membuat gurindam lebih menarik dan bermakna.
- Perhatikan isi gurindam. Isi gurindam haruslah
bermanfaat dan dapat memberikan pelajaran bagi pembacanya.
- Perhatikan struktur gurindam. Struktur gurindam haruslah
rapi dan mudah dipahami.
Contoh Gurindam
Gurindam Dua Belas
Bait 1
Syarat: Barang siapa mengenal Allah
Syarat: Barang siapa mengenal diri
Syarat: Barang siapa mengenal dunia
Syarat: Barang siapa mengenal akhirat
Syarat: Barang siapa mengenal yang berkuasa
Syarat: Barang siapa tidak mengenal yang berkuasa
Syarat: Barang siapa mengenal Allah
Syarat: Barang siapa mengenal diri
Syarat: Barang siapa mengenal dunia
Syarat: Barang siapa mengenal akhirat
Syarat: Barang siapa mengenal yang berkuasa
Syarat: Barang siapa tidak mengenal yang berkuasa
Gurindam di atas merupakan contoh
gurindam yang baik karena memiliki tema yang jelas, bahasa yang mudah dipahami,
rima yang tepat, penggunaan majas yang menarik, isi yang bermanfaat, dan
struktur yang rapi.
Berikut adalah beberapa contoh gurindam dengan tema yang berbeda:
Gurindam Nasihat
Syarat: Jika hendak mengenal orang berbahagia
Syarat: Ilmu itu bagai pelita hati
Syarat: Barang siapa mengenal Allah
Syarat: Jika engkau ingin dicintai
Syarat: Jika engkau ingin negara yang maju
Contoh-contoh gurindam di atas hanya beberapa contoh dari banyaknya gurindam yang ada. Gurindam dapat dibuat dengan tema apa saja, sesuai dengan keinginan dan kreativitas penulisnya. Sebagai karya sastra lama, Gurindam sekarang ini jarang dihasilkan, dan memang penyair yang menghasilkan juga berkurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
- Perubahan zaman dan tren. Di zaman sekarang, banyak orang lebih menyukai puisi modern yang lebih bebas dan ekspresif daripada gurindam yang terikat aturan dan struktur.
- Kurangnya minat generasi muda. Generasi muda sekarang lebih tertarik dengan genre sastra lain, seperti cerpen, novel, dan puisi modern.
- Kurangnya media publikasi. Media publikasi untuk gurindam, seperti majalah sastra dan antologi puisi, sudah tidak sebanyak dulu.
Namun, masih ada beberapa komunitas
dan organisasi yang berusaha untuk melestarikan dan mengembangkan gurindam.
Komunitas dan organisasi ini mengadakan workshop, lomba menulis gurindam, dan
penerbitan buku gurindam.
Berikut adalah beberapa contoh
penyair kontemporer yang masih menghasilkan karya gurindam:
- Suryatati A. Manan (Pulau Penyengat, Kepulauan Riau)
- Huznizar Hood (Padang, Sumatera Barat)
- Tusiran Suseno (Tanjungpinang, Kepulauan Riau)
- Teja Al Habd (Bintan, Kepulauan Riau)
- Abdul
Kadir Ibrahim
(Tanjungpinang, Kepulauan Riau)
Selain itu, banyak penyair muda yang
mulai tertarik untuk menulis gurindam dengan gaya dan bahasa yang lebih modern.
Meskipun jumlah penyair gurindam tidak banyak, semangat untuk melestarikan
dan mengembangkan gurindam masih ada. Gurindam adalah bagian penting dari
kekayaan budaya bangsa Indonesia dan perlu dilestarikan agar tidak punah.
*Penulis adalah alumni Magister Bahasa dan Sastra Indonesia UNIPMA Madiun
0 comments:
Posting Komentar