f ' PENGARUH LINGKUNGAN KERJA YANG TOXIC TERHADAP PRODUKTIVITAS KINERJA ~ Inspirasi Pendidikan

Rabu, 26 Februari 2025

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA YANG TOXIC TERHADAP PRODUKTIVITAS KINERJA

 Oleh: Dr. Hariyanto, M.Pd*

Di era globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Kinerja karyawan merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Namun, kinerja karyawan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan individu, tetapi juga oleh faktor lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang sehat dan positif dapat memotivasi karyawan untuk bekerja dengan lebih baik dan meningkatkan produktivitas mereka. Sebaliknya, lingkungan kerja yang toxic dapat berdampak negatif terhadap kinerja karyawan, bahkan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan fisik. Lingkungan kerja yang toxic ditandai dengan adanya perilaku negatif seperti perundungan (bullying), diskriminasi, pelecehan, dan komunikasi yang buruk. Kondisi ini dapat menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman, tidak aman, dan tidak produktif. Karyawan yang bekerja di lingkungan yang toxic cenderung merasa stres, tidak dihargai, dan tidak termotivasi untuk memberikan yang terbaik. Disinilah peran kepemimpinan seharusnya mengambil peran untuk menjaga kondusifitas perusahaan. Bukan justru menjadi penyebab atau pemicu terciptanya lingkungan yang toxic tersebut.

Pendapat di atas sesuai dengan hasil sejumlah peneltian yang menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang toxic memiliki korelasi negatif dengan produktivitas kinerja. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal "Work & Stress" menemukan bahwa karyawan yang mengalami perundungan di tempat kerja memiliki tingkat produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan karyawan yang tidak mengalami perundungan. Studi lain yang diterbitkan dalam jurnal "Journal of Occupational Health Psychology" menemukan bahwa lingkungan kerja yang ditandai dengan komunikasi yang buruk dan kurangnya dukungan sosial dapat menurunkan kinerja karyawan. Beberapa kasus perusahaan yang mengalami penurunan produktivitas akibat lingkungan kerja yang toxic juga telah banyak dipublikasikan. Misalnya, kasus yang terjadi di sebuah perusahaan teknologi besar di Amerika Serikat, di mana karyawan melaporkan adanya budaya kerja yang toxic dan diskriminatif. Akibatnya, banyak karyawan yang mengundurkan diri dan produktivitas perusahaan pun menurun drastis.

Bagaimana kita mengenali apakah lingkungan kerja sudah terkategori toxic atau lingkungan yang memiliki aura positif? Berikut ini adalah ciri-ciri lingkungan kerja yang toxic:

1            1.   Komunikasi yang Buruk:

o   Komunikasi yang tidak jelas, agresif, atau pasif-agresif dapat menciptakan ketegangan dan kebingungan di tempat kerja.

o   Kurangnya transparansi dan informasi yang tidak merata juga dapat menjadi tanda lingkungan kerja yang toxic.

o   Menurut penelitian, komunikasi yang buruk secara signifikan menurunkan kinerja karyawan.

2.    Perilaku Negatif dan Tidak Profesional:

o   Perundungan (bullying), pelecehan, diskriminasi, dan perilaku tidak etis lainnya sering terjadi di lingkungan kerja yang toxic.

o   Perilaku ini dapat menciptakan suasana kerja yang tidak aman dan tidak nyaman bagi karyawan. Para ahli psikologi organisasi telah lama mengidentifikasi bahwa tindakan perundungan di tempat kerja memiliki dampak yang sangat negatif terhadap kesehatan mental karyawan.

3.    Kurangnya Dukungan dan Kerja Sama:

o   Lingkungan kerja yang toxic sering kali ditandai dengan kurangnya dukungan dari rekan kerja dan atasan.

o   Persaingan yang tidak sehat dan kurangnya kerja sama tim dapat menciptakan suasana kerja yang tidak produktif.

o   Penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial di tempat kerja sangat penting untuk kesejahteraan karyawan dan produktivitas.

4.    Atasan yang Toxic:

o   Atasan yang suka melakukan micromanaging, narsis, atau tidak adil dapat menciptakan lingkungan kerja yang sangat tidak sehat.

o   Atasan yang tidak memberikan umpan balik yang konstruktif atau tidak menghargai kontribusi karyawan juga dapat menjadi masalah.

o   Banyak riset telah mendokumentasikan dampak negatif dari kepemimpinan yang toxic terhadap kepuasan kerja dan retensi karyawan. Retensi karyawan dapat dilihat dari banyaknya karyawan yang mengundurkan diri atau berhenti. Tanda-tanda itu sudah menunjukkan bahawa ada yang tidak beres dalam kepemimpinan di perusahaan atau instansi tersebut.

5.    Kurangnya Batasan dan Keseimbangan Kerja-Hidup:

o   Lingkungan kerja yang toxic sering kali tidak menghormati batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

o   Tekanan untuk selalu terhubung dan bekerja di luar jam kerja dapat menyebabkan stres dan kelelahan.

o   Para ahli kesehatan kerja menekankan pentingnya keseimbangan kerja-hidup untuk mencegah kelelahan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan.

6.    Tidak adanya ruang untuk berkembang:

o    Karyawan merasa terjebak tanpa kemajuan, mengakibatkan frustrasi dan kekecewaan.

o    Kurangnya pengakuan terhadap prestasi.

o    Ketidakjelasan dalam rencana karier.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, apabila instansi/perusahaan sudah terjangkit beberapa gejala tersebut di atas, maka harus segera dicarikan solusi. Solusi yang ditawarkan seperti:

1. Jika penyebab lingkungan yang toxic salah satunya adalah pimpinan/ atasan, maka sebaiknya segera diganti dengan pimpinan/ manager yang lebih kompeten, visioner dan bijaksana;

2. Perusahaan perlu membangun budaya kerja yang saling menghormati, menghargai, dan mendukung;

3. Bangunlah komunikasi yang efektif dan positif antara bawahan dengan atasan, atau antar staff. Komunikasi yang efektif antara atasan dan bawahan sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat;

4. Memberikan pelatihan: Pelatihan tentang anti-perundungan, anti-diskriminasi, dan komunikasi yang efektif perlu diberikan kepada seluruh karyawan;

5. Menegakkan aturan: Perusahaan perlu memiliki aturan/ kode etik yang jelas dan tegas mengenai perilaku yang tidak pantas di tempat kerja. Kode etik tersebut perlu diterapkan dengan tegas.

Lingkungan kerja yang toxic memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap produktivitas kinerja karyawan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi masalah ini. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan positif, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas kinerja karyawan dan mencapai kesuksesan yang lebih besar.


 

Daftar Pustaka:

 

Einarsen, S., & Skogstad, A. (2005). The relationship between workplace bullying and psychological health. Work & Stress, 19(3), 207-221.

Michel, J. S., Kotrba, L. M., Mitchelson, J. K., Clark, M. A., & Baltes, B. B. (2011). Antecedents of work–family conflict: A meta-analytic review. Journal of Organizational Behavior, 32(5), 689-725.  

Spector, P. E., & Jex, H. C. (1998). Organizations: A social psychology perspective. John Wiley & Sons.

__________________________

* Penulis adalah Dosen di IAIN Ponorogo

0 comments:

Posting Komentar