Oleh: Hariyanto
Pada tahun 1916, Hatta melanjutkan pendidikannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) di Padang. Di sanalah ia mulai aktif dalam pergerakan pemuda dan mendirikan organisasi Jong Sumatranen Bond. Pada tahun 1921, Hatta mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Belanda. Di Negeri Belanda, beliau aktif dalam organisasi Perhimpunan Hindia (PI) dan menerbitkan majalah "Indonesia" yang kritis terhadap kolonialisme Belanda.
Hatta meraih gelar Doctor in de Staatswetenschappen (Doktor Ilmu Pengetahuan Negara) dari Universitas Erasmus Rotterdam pada tahun 1932. Disertasinya yang berjudul "De Volkenrechtkundige Positie van West-Nieuw Guinea (Kedudukan Hukum Internasional Irian Barat)" menjadi rujukan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 1932, Hatta semakin aktif dalam pergerakan kemerdekaan. Bersama tokoh-tokoh nasional lainnya seperti Soekarno, beliau mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927. Hatta juga aktif dalam berbagai organisasi pergerakan lainnya, seperti Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) dan Volksraad (Dewan Rakyat). Beliau dikenal sebagai orator ulung dan pemikir yang cerdas, dan pemikirannya tentang ekonomi kerakyatan dan koperasi sangat berpengaruh pada perkembangan bangsa.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, bersama Mohammad Soekarno, Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Beliau kemudian ditunjuk sebagai Wakil Presiden pertama Indonesia dalam Kabinet Indonesia Merdeka. Selama masa jabatannya sebagai Wakil Presiden, Hatta memainkan peran penting dalam berbagai bidang, termasuk:
- Perundingan Kemerdekaan: Hatta berunding dengan Belanda dalam berbagai perundingan penting, seperti Konferensi Meja Bundar tahun 1949, yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia.
- Pembangunan Ekonomi: Hatta merumuskan berbagai kebijakan ekonomi untuk membangun Indonesia yang sejahtera, seperti sistem ekonomi kerakyatan dan koperasi.
- Politik Luar Negeri: Hatta aktif dalam politik luar negeri dan memperjuangkan kemerdekaan negara-negara lain di Asia Afrika.
Sikap Kenegarawanan
Hatta adalah sosok yang sangat sederhana dan rendah hati. Meskipun menduduki posisi penting dalam pemerintahan, ia tidak pernah memamerkan kekuasaannya atau bersikap sombong. Sebaliknya, ia selalu bersikap terbuka dan mudah bergaul dengan rakyat. Hatta juga dikenal sebagai seorang yang sangat disiplin dan konsisten dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil presiden.
Salah satu contoh nyata dari sikap kenegarawanan Hatta adalah ketika ia menolak untuk menjadi presiden setelah Soekarno lengser pada tahun 1966. Pada saat itu, Hatta menyadari bahwa kondisi negara sedang mengalami krisis yang sangat berat, dan ia merasa bahwa dirinya tidak lagi memiliki kapasitas yang cukup untuk memimpin negara. Alih-alih mempertahankan kekuasaannya, Hatta justru memilih untuk mundur dan memberikan kesempatan kepada generasi baru untuk memimpin Indonesia.
Sikap Hatta yang menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi ini sangat patut untuk diteladani oleh generasi muda Indonesia saat ini. Di tengah maraknya praktik korupsi dan nepotisme di kalangan elit politik, sikap Hatta yang jujur, sederhana, dan berintegritas tinggi menjadi cermin bagi para pemimpin masa kini untuk kembali menjunjung tinggi nilai-nilai kenegarawanan.
Selain itu, Hatta juga dikenal sebagai seorang pemikir yang visioner dan progresif. Ia memiliki gagasan-gagasan yang jauh melampaui zamannya, terutama dalam bidang ekonomi. Hatta adalah salah satu arsitek ekonomi kerakyatan yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utama pembangunan ekonomi Indonesia. Ia menentang keras kapitalisme dan imperialisme ekonomi yang dianggap merugikan kepentingan rakyat.
Dalam bidang politik, Hatta juga dikenal sebagai seorang demokrat sejati. Ia memperjuangkan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang paling sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Hatta percaya bahwa demokrasi dapat menjadi sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan negara.
Pengunduran
Diri Sebagai Wakil Presiden
Meskipun pada awalnya bekerja sama dengan baik, perbedaan pandangan dan ideologi antara Hatta dan Soekarno mulai muncul ke permukaan seiring dengan perkembangan situasi politik di Indonesia. Hatta, yang lebih moderat dan pragmatis, mulai merasa khawatir dengan kecenderungan Soekarno yang semakin otoriter dan cenderung ke kiri. Sementara itu, Soekarno melihat Hatta sebagai sosok yang terlalu konservatif dan tidak sejalan dengan perjuangan revolusioner.
Pengunduran Diri dari Wakil Presiden Puncak dari perbedaan pandangan antara Hatta dan Soekarno terjadi pada tahun 1956, ketika Hatta memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden. Hatta merasa bahwa posisinya semakin terpinggirkan dan tidak lagi memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan penting. Ia juga menilai bahwa Soekarno semakin menjauh dari prinsip-prinsip demokrasi dan cenderung mengarah ke sistem pemerintahan yang otoriter.
Dampak Pengunduran Diri Hatta Keputusan Hatta untuk mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden memiliki dampak yang sangat signifikan bagi perkembangan politik Indonesia. Kepergian Hatta dari panggung politik nasional meninggalkan kekosongan yang sulit diisi, terutama dalam hal kepemimpinan yang moderat dan pragmatis. Soekarno, yang kini menjadi satu-satunya pemimpin utama, semakin leluasa dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang cenderung otoriter dan ideologis.
Refleksi dan Pembelajaran Hubungan antara Hatta dan Soekarno, dengan segala dinamikanya, menjadi cermin bagi kita untuk memahami pentingnya menjaga keseimbangan dan saling menghargai dalam kepemimpinan nasional. Perbedaan pandangan dan ideologi memang tidak dapat dihindari, namun hal tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan perpecahan yang merugikan bagi bangsa. Pembelajaran yang dapat kita ambil dari kisah Hatta dan Soekarno adalah pentingnya menjaga kompromi, dialog, dan komitmen bersama dalam membangun Indonesia yang lebih baik.
Mohammad Hatta wafat di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Beliau dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berjasa besar dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membangun bangsa. Pemikiran dan karya Mohammad Hatta masih relevan hingga saat ini. Beliau adalah sosok yang visioner, cerdas, dan berintegritas tinggi. Semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan, keadilan sosial, dan demokrasi patut diteladani oleh generasi muda Indonesia.
Meneladani sikap kenegarawanan Hatta menjadi sangat penting bagi generasi muda Indonesia saat ini. Di tengah berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh bangsa, kehadiran sosok-sosok teladan seperti Hatta dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin masa depan