MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI
Oleh: Hariyanto
Beberapa pakar menyebut bahwa saat ini kita berada di Era super
smart society (society 5.0). Smart Society 5.0 sendiri diperkenalkan oleh
Pemerintah Jepang pada tahun 2019, yang dibuat sebagai antisipasi dari gejolak
disrupsi akibat revolusi industri 4.0. Pertumbuhan teknologi dan informasi yang
sedemikian massif memberikan dampak yang positif sekaligus negatif kepada semua
masyarakat. Meskipun demikian semua tergantung pada pengguna teknologinya yaitu
manusia, apakah bisa memanfaatkan teknologi untuk kepentingannya ataukah justru
dikendalikan oleh teknologi. Perubahan adalah suatu keniscayaan, maka
memanfaatkan perubahan, beradaptasi dengan perubahan adalah sesuatu yang bisa
dilakukan sepanjang hal tersebut memiliki dampak yang lebih baik.
Bagi lembaga pendidikan/organisasi/ institusi perubahan global ini
tentu akan memiliki pengaruh terhadap keberadaan institusi/ organisasi.
Sehingga menjadi sebuah keharusan untuk bisa bertahan bahkan berkembang lebih
baik. Sebagai pemegang kunci atau kendali dari lembaga pendidikan adalah
pemimpin/ manajer pendidikan. Apa yang seharusnya dilakukan menghadapi
perubahan di era society 5.0? kepemimpinan yang seperti apa yang diperlukan? Salah
satu opsi yang bisa dilakukan adalah dengan kepemimpinan transformasional.
Sebelum
membahas tentang kepemimpinan transformasional, terlebih dulu kita pahami dulu
pengertian kepemimpinan/ leadership yang sudah dibahas oleh beberapa
ahli. Koontz & O’donnel (1984) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses
mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja sungguh-sungguh untuk meraih
tujuan kelompoknya. George R. Terry (1960) berpendapat kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan bersama. Thoha
(1983) mendefiniskan kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku
orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu
usaha untuk mengarahkan, membimbing dan memotivasi serta bersama-sama mengatasi
permasalahan dalam proses mencapai tujuan organisasi.
Dalam rangka
mempengaruhi bawahan tersebut, maka seorang pemimpin haruslah memiliki modal
yang cukup seperti intelegensi dan seperangkat kompetensi untuk memimpin. Terdapat
beberapa hal yang bisa mempengaruhi proses kepemimpinannya seperti karakteristik
pribadi pemimpin, kelompok yang dipimpin, situasi, yang berupa situasi manusia,
fisik, dan waktu. Karena itu diperlukan kemampuan kepemimpinan yang memadahi,
termasuk mengimplementasikan kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan
transformasional hadir dan dapat diandalkan untuk menyambut perubahan global
saat ini. Kepemimpinan transformasional merupakan teori yang dihasilkan Bass
(1981, 2006) yang dibangun atas gagasan awal Burns (1978). Menurut Bass (2006),
tingkat transformasional seorang pemimpin diukur dari hubungan antara efek
pemimpin tersebut terhadap bawahan. Kepemimpinan transformasional tidak hanya
meningkatkan kinerja individu dan kelompok, juga dapat mengurangi perilaku
kerja kontraproduktif. Hal ini dikarenakan pemimpin mampu menciptakan bawahan
yang berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama. Ketika individu sudah
berkomitmen untuk bersama-sama membangun organisasinya/ institusinya, ditambah
dengan rasa percaya yang tinggi terhadap pimpinannya, hormat terhadap perilaku
kepemimpinan yang baik, keteladanan yang dicontohkan oleh pimpinan, maka secara
maksimal dia akan berkerja dan akan lebih produktif dan mengarah pada
pencapaian visi, misi, tujuan dari organisasi/ lembaga pendidikan tersebut.
Singkatnya, Pemimpin
dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi ke
depan, mewujudkan pencapaian visi, misi tersebut dengan tindakan yang nyata, dan mampu mengidentifikasi perubahan
lingkungan serta mentransformasi perubahan tersebut ke dalam organisasi,
mempelopori perubahan tersebut ke dalam organisasi, mempelopori perubahan dan
memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu-individu karyawan untuk
kreatif dan inovatif serta membangun team work yang solid, membawa pembaharuan
dalam etos kerja dan kinerja manajemen, berani dan bertanggung jawab memimpin
dan mengendalikan organisasi.
Wiyono (2013)
memberikan indikator yang lebih konkrit mengenai pemimpin yang
transformasional, yaitu (1) Pembaharu, seorang pemimpin harus selalu
berinovasi, menghadirkan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi organisasinya. Program
kerjanya tidak sekedar copy paste dari program kerja tahun-tahun
sebelumya, tetapi betul-betul ada perubahan yang signifikan yang merupakan dari
penciptaan inovasi. (2) Memberi teladan, Seorang pemimpin harus bisa diteladani
sikapnya dalam memimpin di organisasinya/ sekolah, diteladani dari sikapnya
secara pribadi, di keluarga bahkan di masyarakat. (3) mendorong kierja bawahan,
selalu memberikan motivasi, menganggap bawahan juga adalah partner dalam
bekerja, meskipun secara structural adalah atasan dan bawahan, tetapi dalam pencapaian
kinerja hakikatnya adalah sebuah team yang harus solid. (4) Bertindak atas
sistem nilai, Meskipun menjadi seorang pemimpin sikap dan tindakan, kebijakan
yang dilaksanakan haruslah sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sesuai
dengan aturan yang berlaku di lingkungan sekolah/ organisasi ataupun peraturan
perundangan yang berlaku. (5) Meningkatkan kemampuan terus menerus. Hal ini
sangat diperlukan, mengingat perubahan sangat cepat terjadi di sekeliling kita.
Jika sekolah/ organisasi yang dipimpin hanya diam di tempat, sementara sekolah/
organisasi di sekitar sudah berlari, maka bisa dipastikan bahwa sekolah pelan
namun pasti akan kehilangan trust dari customernya.
Pendapat yang lain tentang karakteristik pemimpin transformasional
adalah dari Michigan University. Bahwa terdapat 7 ciri yang harus dimiliki,
yaitu: (1) Openness to New Thinking. Keterbukaan atas ide-ide atau
gagasan baru. (2) Talent for Broadening Minds, memperluas wawasan, (3) Commitment
to Active Listening, memiliki komitmen untuk mendengarkan pendapat/
gagasan/ kritik dari pihak manapun sepanjang positif dan logis, (4) Willingness
to Accept Responsibility, kesediaan untuk bertanggung jawab.dan (5) Trust in team members, berikan otonomi atau kewenangan kepada bawahan
untuk memberikan kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan pekerjaannya. (6) Ability
to Inspire Participation Tentu saja seorang pemimpin harus punya kemampuan
untuk membangkitkan partisipasi dari bawahan.
Berdasarkan uraian di atas, sudah selayaknyalah seorang pimpinan
transformasional di era revolusi industri 4.0 itu membekali diri harus memiliki
4C yaitu critical thinking, creativity, communication, dan collaboration.
Bekal tersebut selanjutnya diimplementasikan selama dia menjabat sebagai
seorang pimpinan. Dengan demikian diharapkan institusi yang dipimpin akan bergerak
maju beriringan dengan perubahan global yang terjadi saat ini.
_____________
* Penulis adalah pemerhati di bidang pendidikan
|
Hariyanto, Penulis |